oleh

Tangkal Pembelian Impulsif yang Merugikan

-Opini, dibaca 101 x

Oleh: Najwa Salsabila 

(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi)
 
 
Kecenderungan berbelanja untuk mengatasi stres sering kali menimbulkan perilaku impulsif buying. Bahkan masih banyak orang yang tidak tahu cara mengatasi impulsif buying dalam kehidupan agar lebih hemat anggaran keuangan.
 
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Langkah untuuk menangkal perilaku tersebut, Smart People perlu memahami terlebih dahulu arti dari impulsif buying.
 
 Apa itu Impulsif buying? 
 
Impulsif buying  adalah tindakan membeli sesuatu secara tiba-tiba tanpa perencanaan atau pertimbangan yang matang, sehingga tidak memikirkan tujuan, fungsi, dan konsekuensi dari pembelian barang tersebut.
 
Biasanya, keputusan ini diambil tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Perilaku ini sering kali dipengaruhi oleh faktor emosional, seperti stres, rasa bosan, atau perasaan senang yang berlebihan.
 
Contohnya saja saat seseorang mungkin membeli pakaian baru karena merasa bosan atau membeli gadget terbaru karena merasa tertekan oleh lingkungan sosialnya.
 
 Namun, walaupun didasarkan pada keputusan spontan, tidak semua aktivitas berbelanja secara mendadak termasuk impulsif buying. Bisa dibilang, pembelian ini dilakukan karena adanya suatu dorongan yang mempengaruhi segala tindakannya. Bisa karena penempatan barang yang menarik, diskon besar-besaran, hingga kemudahan yang terdapat pada setiap pembelian barang.
 
Tindakan ini juga tidak hanya terjadi pada pembelian langsung, namun juga pada pembelian secara online. Apalagi saat ini, belanja secara online sudah banyak dijalankan, bahkan tersedia juga beberapa penawaran menarik seperti pembelian bundling, diskon barang, hingga gratis ongkos kirim.
 
Terdapat beberapa ciri-ciri yang dapat membantu Anda mengenali apakah Anda atau orang di sekitar Anda cenderung melakukan pembelian impulsif.
 
Penting untuk memahami bahwa impulsif buying tidak selalu bersifat negatif. Beberapa orang menganggapnya sebagai cara untuk memberi diri mereka hadiah atau merasakan kepuasan segera. Namun, impulsif buying dapat menjadi masalah jika keputusan tersebut secara signifikan merugikan keuangan seseorang, atau menyebabkan penumpukan barang yang tidak perlu.
 
Berikut beberapa penyebab impulsif buying yang perlu kamu ketahui:
 
Dorongan emosional. Penyebab utama impulsif buying adalah dorongan emosional yang dapat memengaruhi keputusan pembelian. Saat seseorang mengalami stres, kebahagiaan, atau bahkan rasa bosan, reaksi emosional ini dapat memicu hasrat untuk merespons dengan belanja. Reaksi emosional ini dapat terkait dengan pelepasan hormon seperti dopamine, yang dapat memberikan perasaan kenikmatan dan kepuasan. Sehingga mendorong seseorang untuk merespon impulsif dengan pembelian. 
 
Promosi dan diskon. Kecanduan belanja online berhubungan dengan kontrol impuls. Ketika konsumen melihat diskon besar-besaran atau penawaran spesial yang memiliki batas waktu tertentu, mereka mungkin merasa perlu untuk segera mengambil kesempatan tersebut. Persepsi tentang keuntungan finansial dapat memicu respons impulsif, bahkan jika barang tersebut sebelumnya tidak masuk dalam perencanaan belanja
 
Desain dan tata letak toko. Desain dan tata letak toko juga dapat menjadi faktor penyebab impulsif buying. Penempatan produk dengan cara yang menarik atau tata letak yang strategis dapat merangsang respon impulsif. Misalnya, menempatkan barang-barang kecil dan menarik di dekat kasir. Cara ini dapat membuat konsumen memutuskan untuk menambahkan produk tersebut ke dalam keranjang belanjaan mereka, tanpa pertimbangan lebih lanjut. 
 
Pengaruh media sosial dan iklan. Pengaruh media sosial dan iklan juga dapat menjadi faktor utama penyebab dorongan pembelian tiba-tiba. Melihat iklan produk yang menarik atau tren terkini di media sosial, dapat memicu keinginan untuk segera memiliki barang tersebut. Efek psikologis dari eksposur berulang terhadap iklan dapat memengaruhi keputusan belanja dan merangsang tindakan impulsif. 
 
Teknologi dan belanja online. Era teknologi dan belanja online juga memberikan kontribusi signifikan terhadap impulsif buying. Kemudahan akses dan proses pembelian online yang cepat membuat konsumen cenderung untuk membuat keputusan impulsif tanpa banyak pertimbangan. 
 
Mengetahui faktor-faktor ini dapat membantu konsumen lebih waspada terhadap perilaku ini, serta memungkinkan mereka untuk membuat keputusan pembelian yang lebih terencana dan bijak
 
Dampak Negatif Pembelian Impulsif:
 
Pemborosan keuangan.Pembelian impulsif sering kali menghasilkan pengeluaran yang tidak direncanakan dan tidak perlu, yang dapat mengganggu stabilitas keuangan individu Hal ini menyebabkan individu menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak penting, sehingga mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
 
Kecemasan finansial. Beban keuangan akibat pembelian impulsif dapat menyebabkan stres dan kecemasan ndividu mungkin merasa tertekan oleh utang dan tekanan keuangan yang timbul dari keputusan belanja yang tidak terencana.
 
Menupuk barang tidak terpakai. Pembelian barang tanpa pertimbangan sering kali menghasilkan banyak barang yang tidak digunakan di rumah, menciptakan kekacauan dan mengurangi ruang penyimpanan Barang-barang ini menjadi beban karena tidak memberikan nilai tambah bagi pemiliknya. 
 
Ketergantungan pada belanja. Perilaku ini bisa berkembang menjadi ketergantungan pada belanja sebagai cara untuk mengatasi stres atau masalah emosional lainnya, menciptakan siklus negatif yang sulit untuk dipecahkan.
 
Ketidakstabilan keuangan jangka panjang. Kebiasaan belanja impulsif dapat mengakibatkan ketidakstabilan finansial jangka panjang, menghambat pencapaian tujuan keuangan seperti membeli rumah atau menyiapkan dana pensiun.
 
Untuk menangkal pembelian impulsif yang merugikan, ada beberapa langkah strategi yang dapat diterapkan. Pembelian impulsif sering kali dipicu oleh emosi dan kemudahan akses belanja, sehingga penting untuk mengembangkan kebiasaan yang lebih baik. 
 
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:
 
Buat daftar belanja. Selalu buat daftar belanjaan sebelum pergi ke toko atau berbelanja online. Patuhi daftar tersebut untuk menghindari pembelian di luar kebutuhan
 
Tunda keputusan membeli. Jika Anda merasa tertarik pada suatu barang, cobalah menunda pembelian selama 24 jam. Waktu ini membantu berputar apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya keinginan saat itu juga.
 
Atur anggaran. Tetapkan anggaran belanja bulanan dan disiplin dalam mengikutinya. Pastikan untuk mencatat semua pengeluaran agar dapat melihat ke mana uang Anda pergi.
 
Hindari pemicu pembelian impulsif. Kenali faktor-faktor yang sering memicu pembelian impulsif, seperti diskon besar-besaran atau iklan menarik, dan cobalah untuk menghindarinya. Misalnya, jika Anda sering memotret saat melihat promo, hindari membuka situs yang menawarkan diskon.
 
Refleksi diri. Coba refleksikan alasan dibalik dorongan untuk membeli. Tanyakan pada diri sendiri apakah Anda benar-benar membutuhkan barang tersebut atau hanya ingin melarikan diri dari perasaan tertentu.
 
Penggunaan metode pembayaran tunai.  Membayar dengan uang tunai daripada kartu kredit dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk membeli barang secara impulsif, karena Anda lebih sadar akan pengeluaran yang dilakukan.
 
Hindari belanja saat sedang dalam kondisi emosional. Jangan berbelanja saat sedang mengalami emosi negatif seperti stres atau kesedihan, karena ini dapat memperkuat keputusan impulsif. Pilih waktu ketika Anda merasa tenang dan rasional.
 
Mencari alternatif untuk mengatasi emosi. Jika Anda cenderung melakukan pembelian impulsif sebagai respon terhadap emosi tertentu, carilah alternatif yang lebih sehat, seperti berolahraga atau melakukan hobi.
 
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan anda dapat secara efektif menangkal pembelian impulsif yang merugikan dan menjaga kesehatan finansial Anda.
 
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments