oleh

Pagar Alam di Puncak Paceklik, Pasar Sepi dan Kriminal Meningkat

-Daerah, dibaca 1013 x

LAJU SUMSEL, PAGAR ALAM - Bulan Januari hingga Juli selalu jadi momok bagi sebagian besar masyarakat kota Pagar Alam, pasalnya rentang bulan tersebut merupakan puncak musim paceklik yang membuat roda perekonomian masyarakat berada di titik terendah. 

Hal ini dapat dilihat dari lengangnya sentra - sentra perekonomian seperti pasar yang sepi dari aktifitas jual beli. 
 
Kondisi disebabkan oleh belum tibanya musim panen kopi yang merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat, dimana periodesasi tanaman kopi baru akan berbuah dan dapat dipanen baru akan terjadi pada kisaran bulan Juli dan Agustus kelak. 
 
Panen buah kopi yang hanya terjadi 1 tahun sekali inilah yang menjadi momok bagi para pengusaha dan pedagang di kota Pagar Alam yang terus harus berhadapan dengan musim paceklik yang menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat. 
 
Seperti yang dikeluhkan Warti (51) salah seorang pedagang daging ayam yang mengaku sudah sejak Desember lalu hingga Januari ini ia hanya mampu menjual 2 kilo daging ayam saja perhari dari biasanya penjualannya mampu mencapai 15 hingga 25 perhari. 
 
"Sejak 2 bulan ini sehari paling bisa laku 2 kilo ini karena sepi pembeli sebab belum masuk musim panen kopi," keluhnya, Minggu (22/01).
 
Senada, Yono (60) pedagang kelontong juga mengeluhkan hal yang sama dimana diakuinya omzetnya perhari sejak 2 bulan belakangan ini turun drastis disebabkan toko miliknya sepi pembeli ditambah beberapa harga kebutuhan pokok ada yang memang mengalami kenaikan. 
 
"Memang sejak dulu kota Pagar Alam memang begini setiap bulan Januari hingga Juli pasti paceklik yang membuat pengusaha seperti kami ini harus memutar otak agar usaha ini masih bisa terus berjalan caranya dengan mengurangi permintaan pengiriman barang dari distributor," ujarnya sembari menambahkan ia juga harus merumahkan sejumlah karyawan tokonya setiap musim paceklik untuk mengurangi biaya pengeluaran seperti gaji dan uang makan.
 
Hal yang sama diceritakan pengusaha bakso, Mang Min, yang warung baksonya kini sepi pembeli. Dikatakannya kini sehari paling bisa terjual antara 15 hingga 20 mangkok saja dari biasanya bila musim panen kopi tiba sehari ia mampu menjual hingga ratusan mangkok bakso. 
 
"Sehari cuma 10 mangkok paling banyak 20 mangkok, tapi ya karena memang lagi musim paceklik begini kami bisa apa," ucap salah seorang pegawainya.
 
Sementara, Ujang (45) Salah seorang warga kota Pagar Alam yang berprofesi sebagi petani kopi mengungkapkan memang rentang antara bulan Januari hingga Juli sampai Agustus merupakan masa perawatan tanaman kopi sebelum ia berbuah sampai nanti masuk masa panen di bulan Agustus sehingga di interval masa ini para warga yang berprofesi sebagai petani akan mengurangi pola konsumsi dan belanja hingga masa panen yang akan datang sebab uang hasil panen tahun sebelumya sudah menipis dan wajib untuk di hemat untuk memenuhi kebutuhan sehari. 
 
"Kami petani kopi ini memang hanya punya penghasilan setahun sekali itupun jumlahnya tidak menentu tergantung hasil panen dan harga jual kopi jadi memang pola hidup kami sedari dulu memang sudah begini dan sebelum masa panen kopi belum tiba kami harus bisa menghemat uang belanja agar bisa cukup sampai masa panen mendatang," Jelasnya kepada Laju Sumsel.Co.Id Minggu (22/01). 
 
Musim paceklik yang setiap tahun terjadi ini selain menyebabkan melambatnya roda perekonomian daerah akibat rendahnya daya beli masyarakat namun juga diduga turut memberi andil terhadapa meningkatnya angka kriminalitas di wilayah hukum kota Pagar Alam dan sekitarnya. Mulai dari penjambretan dan penodongan, pembobolan rumah, pencurian kendaraan bermotor dan aksi kriminalitas lainnya. 
 
Hal ini dapat diterpantau dari seringnya warga memosting kejadian kriminal yang terjadi di wilayah hukum kota Pagar Alam dan sekitarnya seperti pencurian sepeda motor di kawasan Kecamatan Pagar Alam Utara dan paling sering terjadi adalah aksi penodongan dan penjambretan di kawasan wisata. 
 
Belum adanya solusi konkrit dan menyeluruh dari pemerintah kota Pagar Alam untuk meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat dituding jadi penyebab utama 2 persoalan ini (Paceklik dan Kriminalitas-red) yang terus menghantui daerah ini. 
 
"Kami minta pemkot Pagar Alam harus punya solusi untuk mengatasi paceklik dan angka kriminalitas ini  masyarakat kota Pagar Alam dapat meningkat ekonominya dan daerah menjadi makmur," ujar Deni (30).
 
Laporan: Taufik Hidayat
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments