oleh

PILIH OBAT HERBAL ATAU KIMIA KETIKA PASCA VAKSINASI?

-Opini, dibaca 336 x

Oleh:

Tita Priyanka Putri, Yurizal, Jamal 

Editor: Jhon Wesly Sitanggang

 
Efek Setelah Vaksin
 
Efek samping setelah vaksin menurut WHO hanya berdampak kecil pada tubuh dan dalam jangka waktu yang singkat. Efek sampingnya yang ditimbulkan berupa demam, kelelahan, pusing, nyeri otot, panas dingin, diare, serta sakit di bagian yang disuntik. Ada kemungkinan untuk efek samping yang cukup serius dan berjangka panjang, namun hal tersebut sangatlah kecil kemungkinannya sebab vaksin telah melewati pengujian berkali-kali. Efek samping juga adalah salah satu bukti bahwa vaksin itu sedang bekerja untuk membentuk imun buatan di dalam tubuh.
 
Pengobatan dengan Paracetamol vs Daun Pegagan (Centella Asiatica) vasca divaksin
 
 
 
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan paracetamol dapat mengurangi insidensi demam ≥ 38 °C. Pada penelitian tersebut, paracetamol diberikan sesuai dengan berat badan dengan dosis 10 mg/ kgBB/ hari. Pemberian antipiretik sebagai profilaksis pada pasien yang dilakukan vaksinasi diketahui dapat mengurangi imunogenesitas (kemampuan vaksin untuk menginduksi sistem imun). Salah satu kekhawatiran terkait parasetamol dan obat-obat pereda nyeri adalah kemungkinan pengaruh pada efek vaksin terhadap sistem imun. Dalam beberapa riset pada tikus, obat tertentu bisa menghambat produksi antibodi penangkal infeksi (Sudibyo, et al, 2020).
 
Hal ini diungkapkan oleh hasil meta analisis dari 13 penelitian randomized controlled trial (RCT) dengan total 5.077 sampel anak kurang dari enam tahun yang diberikan vaksin DTaP, pneumococcal, danH.influenza tipeB. Meta analisis tersebut memperlihatkan turunnya respon imun terhadap pemberian paracetamol dan gabungan paracetamol dengan ibuprofen sebagai profilaksis pascavaksinasi. Pengurangan imunogenisitas ini tidak hanya terjadi pada pasien anak- anak, tetapi juga pada pasien dewasa. Walau demikian, risiko ini tidak ditemukan pada pemberian vaksin.          
 
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Pegagan mengandung bahan aktif alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan triterpenoid . Tiga golongan bioaktif, yaitu triterpenoid, steroid, dan saponin termasuk antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia (Brotosisworo 1979). Bahan aktif tersebut merupakan bahan baku obat tradisional yang bermanfaat sebagai antipikun, antistres, obat lemah syaraf, demam, bronkhitis, kencing manis, psikoneurosis, wasir, dan tekanan darah tinggi, serta untuk menambah nafsu makan dan menjaga vitalitas (Soerahso et al. 1992). Tanaman pegagan juga mengandung garam mineral antara lain kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan besi, fosfor, minyak atsiri, pektin, asam amino, vitamin B, dan zat pahit vellarine.
 
Seseorang yang habis divaksinasi biasanya akan mengalami demam, yang mana bisa meredakan demam tersebut dengan daun pegagan. Selanjutnya yaitu daun pegagan atau Centella asiatica. Daun pegagan ini juga mengandungan antiradang dan antibakteri yang bisa digunakan sebagai obat demam tradisional (Andryanto, Dian, 2021). Caranya anda rebus 30 gram - 60 gram daun pegagan segar dengan tiga gelas air. Anda rebus daun pegagan sampai mendidih dan menyisahkan air sekitar satu gelas. Anda minum air rebusan tersebut dua kali sehari. Pegagan bermanfaat sebagai obat herbal untuk demam (Sulistyowati, Tri, 2021).
 
Kenapa Masyarakat Indonesia Lebih Memilih Obat Herbal?
 
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan alami dari tumbuhan, yang dipercaya dapat mengobati penyakit tertentu, dan telah digunakan secara turun-temurun, misalnya jamu. Sedangkan obat modern adalah obat yang telah teruji manfaat maupun efek sampingnya secara farmakologis dan klinis. Baik obat modern maupun obat herbal yang dijual di pasaran, harus  telah terdaftar resmi di BPOM RI. Ada ribuan jenis tanaman herbal yang dapat dikonsumsi.
 
Di Indonesia, sebagian orang lebih percaya untuk menggunakan obat herbal, karena dianggap bersifat alami, sehingga bebas dari efek samping yang tidak diinginkan. Meskipun demikian bukan berarti obat herbal tidak memiliki potensi untuk menyebabkan efek samping dan keracunan. Yang perlu diperhatikan adalah memastikan membeli dan menggunakan obat herbal yang telah terdaftar di BPOM RI yang sudah terukur dan di uji coba penggunaannya. Baca dan pahami, apa kandungan yang terdapat di dalam obat herbal tersebut. Jangan lupa untuk selalu memeriksa tanggal kadaluwarsa sebelum menggunakannya, kuti semua petunjuk yang dianjurkan (Kevin Adrian, 2018).
 
Apakah Obat Herbal Lebih baik baik dari Obat Kimia?
 
Menurut dokter pakar obat herbal Arijanto Jonosewojo, jika dibandingkan dengan obat kimia, obat herbal memang cenderung lebih aman. Pasalnya zat aktif pada obat herbal tidak sebesar pada obat kimia. Obat herbal memang berasal dari alam yang mana dipercaya hampir tidak mempunyai efek samping. Praktisi pengobatan herbal meyakini bahwa penggunaan tanaman secara utuh akan mengurangi efek racun (efek samping) dari penggunaan obat tersebut.
 
Obat kimia tentunya memiliki efek samping. Hal ini selalu disebutkan dalam kemasan. Efek samping dapat ringan hingga berat, dan ini berbeda-beda pada setiap orang. Namun, dengan penggunaan dan dosis yang sesuai, maka akan mengurangi risiko efek samping berat sehingga aman digunakan. 
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments