oleh

Pencegahan Stunting pada Remaja: Hilirisasi Program Stunting

-Opini, dibaca 586 x

Oleh:

Fikriyyah Munawwaroh, Rachmi Saskia Husnika Putri, dan Salsabila Widad Rusal

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRI (Peminatan Epidemiologi)

Editor : Azzahra Maharani
Email : rachmisaskia@gmail.com 
 
 
Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial. Data Riskesdas 2018 menunjukan 25,7% remaja usia 13–15 tahun mengalami stunting dan 26,9% remaja stunting berusia 16–18 tahun. Seorang anak bisa dikatakan mengalami gangguan tersebut bila tinggi badan menurut usia mereka, lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
 
Mengutip dari Beritasatu.com, Data Kementerian Kesehatan mengungkap, dari 23% populasi penduduk Indonesia adalah anak dan remaja. Mirisnya, 25% atau 1/4 remaja menderita stunting atau tubuh pendek karena kurang gizi. Lebih lanjut, Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Amin, memaparkan bahwa berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, atau menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018. Kemudian, terdapat 42.6% remaja yang mengalami stunting dan yang tidak mengalami stunting sebesar 57,4% remaja. Sebagian besar usia remaja yang mengalami stunting yaitu pada remaja akhir usia (17-19 tahun) sebesar 48.4% remaja. Menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Artinya, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis, terlebih lagi di 14 provinsi yang prevalensinya melebihi angka nasional.
 
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rita Verita pada Gebyar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) mengatakan bahwa stunting ini permasalahan yang tidak bisa selesai dengan satu cara, melainkan harus diselesaikan dari segala tingkatan, terutama dengan meningkatkan kualitas remaja putri yang kelak akan melahirkan generasi selanjutnya.
 
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa pencegahan stunting adalah upaya penting dalam menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas, pencegahan stunting adalah perintah agama, bukan hanya perintah negara. Sebab, menyiapkan generasi terbaik adalah risalah nubuwwah. Pencegahan stunting juga tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga semua warga bangsa. Karenanya, diperlukan upaya kolaboratif dari seluruh stakeholders.
 
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Perpres ini merupakan payung hukum bagi Strategi Nasional (Stranas), Percepatan Penurunan Stunting yang telah diluncurkan dan dilaksanakan sejak tahun 2018. Peraturan ini termasuk strategi nasional percepatan penurunan stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga ukuran tubuh menjadi lebih pendek (kerdil) dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya.
 
Solusi Hilirisasi Pencegahan Stunting pada Remaja 
 
Gambar 1. Solusi Hilirisasi Pencegahan Stunting pada Remaja (Dikembangkan oleh Fikriyyah Munawwaroh, Rachmi Saskia Husnika Putri, Salsabilah Widad Rusal. 2022)
 
Alasan diadakannya solusi Hilirisasi Pencegahan Stunting pada Remaja ialah untuk melakukan perbaikan pola konsumsi makanan dan perilaku sadar gizi, peningkatan akses pangan dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, mengonsumsi aneka ragam pangan, membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat, melakukan aktivitas fisik, serta memantau berat badan secara teratur. Selain itu, para remaja tidak perlu khawatir dengan bentuk tubuhnya dan sebaiknya berfokus untuk memaksimalkan tinggi badan dengan asupan gizi seimbang. Ada 4 faktor penting dalam solusi hilirisasi pencegahan stunting pada remaja, diantaranya remaja, keluarga, sekolah/kampus/layanan kesehatan, dan sosial media. Berikut penjelasannya; 
 
1.      Remaja 
 
Untuk mencegah stunting, seorang ibu perlu mendapatkan gizi yang cukup selama masa kehamilan dan menyusui dengan melakukan intervensi sebelum kehamilan yakni selama masa remaja. Hal itu karena dampak gizi buruk sudah dimulai sejak pembuahan. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk pencegahan stunting sejak masa remaja antara lain:
 
a.      CEGAH ANEMIA dengan konsumsi tablet tambah darah sebanyak 1 tablet setiap 1 minggu
 
b.      OLAHRAGA dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin minimal 30 menit sehari.
 
c.      POLA MAKAN dengan:
 
●  Perbanyak makan buah dan sayur
 
●  Makan sesuai gizi seimbang
 
 
2.      Keluarga
 
Keluarga juga wajib memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik mengenai bagaimana mendapatkan dan memberikan nutrisi pada anak. Nutrisi tidak harus mahal, yang terpenting adalah kualitasnya. Selain parenting atau pola pengasuhan yang baik, diperlukan juga rangsangan psikososial, meliputi simulasi yang dilakukan orang tua pada bayi dan anak. Kebersihan dan sanitasi yang baik juga menjadi faktor penting dalam mendukung tumbuh kembang optimal pada anak.
 
Kualitas hidup seorang anak menjadi tidak optimal ketika terdampak oleh stunting. Oleh karena itu, perlu untuk menerapkan upaya mitigasi dini untuk melindungi dari dampak jangka panjang dan lebih luas dari stunting. Dengan kemudian akan menempatkan generasi berikutnya dalam posisi yang lebih baik untuk mewujudkan potensi mereka sepenuhnya.
 
Contohnya anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan akses mudah untuk mendapatkan ikan, namun orang tua malah memberikan asupan lain yang minim gizi. Dengan demikian, pemberian edukasi kepada orang tua terkait nutrisi yang baik dan lingkungan yang bersih menjadi sangat penting.

3.      Sekolah/ Kampus
 
Pencegahan Stunting Melalui Sosialisasi Interaktif Terkait Konsep "Isi Piringku" kepada Siswa Sekolah Dasar. Slogan "Isi Piringku" merupakan acuan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang seimbang untuk gizi yang seimbang. Gizi atau nutrisi merupakan zat yang dibutuhkan tubuh dan sangat penting untuk kelangsungan hidup dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit.
 
Gaya hidup yang sehat diterapkan dalam komposisi "Isi Piringku" yang terdiri dari makanan pokok 2/3 dari piring, lauk pauk 1/3 dari piring, sayur 2/3 dari piring dan buah 1/3 dari piring serta diiringi perilaku sehat lainya seperti meminum 8 gelas air putih sehari, mencuci tangan menggunakan sabun, beraktivitas fisik kurang lebih 30 menit, dan selalu rutin memantau berat badan. 
 
4.      Sosial Media
 
Media sosial dengan kemampuannya mempercepat arus komunikasi dengan mendorong kontribusi dan umpan balik sosial pada dasarnya merupakan alat komunikasi massa yang mempunyai efek dan pengaruh yang kuat.
 
Beberapa faktor yang mempengaruhi stunting pada remaja dilihat dari Social Determinants of Health adalah sebagai berikut:
 
1. Faktor Individu
 
Pada faktor individu, hal yang menyebabkan terjadinya stunting pada remaja yaitu body image negatif dimana dia menilai dirinya tidak memiliki postur tubuh yang baik sehingga dia melakukan pembatasan asupan lemak, protein dan karbohidrat. Pembatasan ini dapat menimbulkan dampak jangka pendek, diantaranya penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan sistem metabolisme tubuh yang pada akhirnya dapat menimbulkan risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas. 
 
2. Faktor Ekonomi
 
Dari faktor ekonomi, hal yang bisa menyebabkan terjadinya stunting pada remaja yaitu pendapatan keluarga yang rendah akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan gizi keluarga maupun kemampuan mendapatkan layanan kesehatan. Akibatnya dengan tingkat pendapatan rendah lebih berisiko mengalami stunting karena kemampuan pemenuhan gizi yang rendah dan meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi.
 
3. Faktor Lingkungan
 
Dari faktor lingkungan, hal yang bisa menyebabkan terjadinya stunting pada remaja yaitu sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada anak. Penggunaan air yang tidak bersih untuk memasak atau minum serta kurangnya ketersediaan jamban sehat merupakan penyebab terjadinya infeksi. Situasi inilah yang bisa meninggikan risiko anak menderita diare dan cacingan, serta berisiko terjadinya stunting.
 
4. Faktor Layanan Kesehatan
 
Dalam segi layanan kesehatan, diperlukan perawatan pasca melahirkan untuk ibu dan bayi guna mencegah terjadinya stunting. Namun, karena sulitnya ibu mendapatkan akses pelayanan kesehatan terutama di daerah-daerah terpencil yang seharusnya butuh akses kesehatan yang sama dengan masyarakat kota disebabkan karena jauhnya jarak akses pelayanan kesehatan dan kurangnya pengalaman, keterampilan dan pengetahuan serta konsep diri kader kesehatan masyarakat setempat. Sedangkan hal tersebut sangat perlu untuk mendeteksi gangguan yang mungkin dialami ibu dan anak pasca persalinan.
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments