Series : Lesson to Learn From English Camps 2024
Oleh:
Meylani Anggraini, Nurin Nabiila Zulfa, Andre Primadana Simangunsong, Dinda Tri Marsella, Arya Radithya Amare Amodia, Muhammad Firzi, Dina Mariance Budi.
Email: meylanianggraini24@gmail.com, Nurinzulfa05@gmail.com, andreprimadana10@gmail.com, dtrimarsella@gmail.com, aryaradithya95@gmail.com, muhammadfirzi73@gmail.com, mariancedina3@gmail.com.
(Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, FKM Unsri)
Pertama kali melangkahkan kaki dikampung sayur cempako, penulis langsung terfokus pada kawasan hijau di lahan sempit yang terdapat di tengah-tengah pemukiman. Penulis melihat bahwa lahan yang sempit sekalipun dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya tanaman sayuran. Sehingga pengalaman tersebut membuat penulis terinspirasi untuk menulis pemanfaatan lahan sempit pinggiran kota dengan budidaya tanaman sayur agar dapat menginspirasi masyarakat lebih luas untuk dapat melihat bahwa pembudidayaan tanaman sayur tidak selalu dilakukan di lahan yang luas namun dapat juga dilakukan di lahan yang terbatas.
Keberadaan pertanian bagi masyarakat perkotaan dapat dijadikan sarana untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam yang ada di kota. Kondisi ini mendorong pemerintah dan masyarakat perkotaan harus mulai mencoba untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga secara mandiri serta memperbaiki kondisi lingkungan agar tercipta lingkungan yang sehat, berkualitas dan berkelanjutan. Potensi pengembangan pertanian di kawasan pinggiran kota dapat dilakukan pada lahan yang sempit seperti di pekarangan rumah, pinggiran jalan atau gang, dan area- area kosong disekitar pemukiman yang dapat dimanfaatkan atau dikembangkan sebagai lahan/ruang pertanian perkotaan.
Dalam hasil observasi yang dilakukan di Kampung Sayur Cempako terlihat bahwa Kampung Sayur Cempako sudah menerapkan penggunaan lahan sempit untuk melakukan budidaya tanaman sayur. Dalam praktiknya Kampung Sayur Cempako menggunakan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan pengguunaan lahan sempit yang ada yakni dengan menggunakan metode penanaman yang sesuai untuk dilakukan ditempat yang terbatas.
Inilah beberapa strategi penanaman yang sesuai untuk dilakukan di lahan sempit seperti yang sudah dilakukan oleh Kampung Sayur Cempako.
1. Hidroponik
Gambar 2: tanaman hidroponik di Kampung Sayur Cempako (dokumentasi tim penulis)
Hidroponik adalah menanam tanaman tanpa menggunakan media tanah sehingga meskipun lahannya sempit bisa dimanfaatkan untuk menanam yaitu dengan media air. Tanaman yang dihasilkan dengan cara hidroponik tersebut lebih melimpah dan juga lebih segar. Media yang bisa dimanfaatkan untuk menanam dengan cara hidroponik ini adalah botol plastik, pipa paralon dan masih banyak lagi lainnya.
2. Tabulampot
Gambar 3: tanaman tabulampot di Kampung Sayur Cempako (dokumentasi tim penulis)
Tabulampot adalah singkatan dari tanaman buah dalam pot. Meskipun namanya tanaman buah, tabulampot pun dapat berupa tanaman sayur. Tentunya metode ini tidak asing lagi sebab sudah banyak masyarakat yang mempraktikkannya di rumah masing-masing tidak hanya di kota besar namun juga di pedesaan. Media tanam yang bisa digunakan dalam metode tambulampot adalah yang bisa menyimpan air dan bisa digunakan sebagai pemasok nutrisi bagi tanaman. Sehingga media tanam juga dapat memanfaatkan barang-barang bekas seperti botol plastik.
3. Vertikultur
Gambar 4: tanaman vertikultur di Kampung Sayur Cempako (dokumentasi tim penulis)
Metode ini berguna untuk membudidayakan tanaman yang umurnya tidak panjang seperti sayuran sawi, kangkung, seledri, pakcoi dan masih banyak lagi lainnya. Sesuai dengan namanya metode ini menggunakan bentuk vertikal sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas untuk menanam tanaman tersebut. Modelnya pun beragam mulai dari gantung, tempel, tegak hingga rak. Modal yang harus dikeluarkan untuk menanam dengan model ini pun tidak terlalu banyak sebab media yang digunakan bisa menggunakan bahan bekas.
4. Aeroponik
Gambar 5: tanaman aeroponik di Kampung Sayur Cempako (dokumentasi tim penulis)
Arti dari metode tersebut adalah media tanam yang akarnya menggantung di udara, sehingga tidak menggunakan media tanah. Nutrisi yang diperlukan adalah zat hara yang akan disemprotkan ke akar tanaman secara langsung.
Jika saya seorang peneliti epidemiologi: berdasarkan hasil observasi penulis di kampung sayur cempako, Penulis mengaitkan pembudidayaan tanaman sayur di kampung sayur cempako dengan ketahanan pangan dan perekonomian di kampung tersebut. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan studi deskriptif untuk mengetahui hubungan ketahanan pangan dan perekonomian masyarakat antara kampung yang sudah menerapkan budidaya tanaman sayur dengan kampung yang tidak menerapkan budidaya tanaman sayur.
Didapatkan hasil kota yang menerapkan pemanfaatan lahan sempit untuk budidaya tanaman sayuran dapat menghasilkan banyak manfaat seperti masyarakat dapat menghasilkan tanaman sayuran segar yang dapat langsung dikonsumsi bagi rumah tangga sebagai ketahanan pangan keluarga ataupun hasil tanaman sayur dapat dijual. Hal tersebut tentunya dapat meningkatkan ketahanan pangan sekaligus perekonomian masyarakat. Sedangkan kota yang tidak menerapkan pemanfaatan lahan sempit untuk budidaya tanaman sayuran, seringkali mengalami masalah dengan penyediaaan sayuran segar atau ketahanan pangan masyarakat tersebut.
Gambar 6: Definisi,kelebihan,kekurangan studi deskriptif (dokumentasi tim penulis)
Lesson to learn: Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa lahan pinggiran kota yang sempit masih dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman sayuran, seperti yang terjadi di Kampung Sayur Cempako. Budidaya tanaman sayuran merupakan salah satu upaya pemanfaatan lahan pinggiran kota yang paling cocok dikembangkan. Oleh karena bukan hanya pengoptimalan lahan saja melainkan budidaya tanaman sayuran ini mampu meningkatkan ketersediaan pangan dan mengurangi pengeluaran rumah tangga. Serta mampu memperbaiki kondisi lingkungan agar tercipta lingkungan yang sehat, berkualitas dan berkelanjutan.
Editor: Najmah, Rudi Harsam.
Komentar