Oleh:
Chitra Mislina Zusandra
(Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi)
Di era kemudahan teknologi saat ini, akses internet sangat memudahkan masyarakat dalam melihat tren mode. Hal itu didukung pula dengan maraknya konten kreator fashion di beberapa media sosial seperti Instagram, TikTok, Youtube dan lainnya. Begitu pula dengan situs-situs dan aplikasi belanja online yang juga turut serta meningkatkan perilaku konsumtif masyarakat. Bagaimana tidak, dengan sekali tekan gawai saja maka barang yang dipesan akan sampai ke rumah dalam hitungan hari bahkan hitungan jam.
Stigma sosial yang meletakkan penilaian terhadap individu melalui apa yang dia pakai dan apa yang dia miliki, menjadi salah satu faktor yang juga menyebabkan orang-orang selalu ingin terlihat keren dan fashionable. Belum lagi tekanan sosial lain di ruang lingkup pertemanan dan pekerjaan. Dengan menjamurnya produk fashion, membuat masyarakat tidak ingin merasa ketinggalan dan selalu memburu barang-barang fashion yang sedang trendy. Masyarakat akan merasa berbelanja barang trendy adalah sebuah keharusan agar tidak ketinggalan dengan orang lain sehingga mereka rela mengeluarkan uang demi terlihat fashionable.
Kebiasaan takut ketinggalan zaman dan selalu ikut-ikutan tren seperti ini nyatanya menimbulkan dampak yang cukup serius bagi individu itu sendiri. Dampak yang paling utamanya tentu saja dapat mengancam kondisi keuangan. Ketika uang yang kita punya tidak digunakan dengan pertimbangan yang matang dan hanya untuk mengikuti tren, maka uang itu akan habis dan tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan. Selain itu, individu tersebut juga akan merasa stres karena tuntutan penampilannya dan juga akan kehilangan jati diri karena gampang terpengaruh dengan orang lain.
Saat tren baru mode pakaian muncul di catwalk, maka berbagai industri fashion mulai mengadatasi dan memproduksi produk mereka sendiri. Masyarakat dapat dengan mudah menemukan dan mengonsumsi tren mode terkini karena industri fashion akan memproduksi barang dalam jumlah banyak dengan harga yang terjangkau untuk memenuhi target penjualan. Hal tersebut karena tren fashion akan terus berganti dengan cepat.
Ketika tren berganti maka industri, toko dan konsumen juga akan berganti mode. Maraknya membeli barang fashion ini tidak pandang bulu, baik itu dari kalangan menengah atas maupun kalangan menengah ke bawah. Semua orang berlomba-lomba untuk terus terlihat fashionable dan keren. Padahal, saat produk-produk fashion ini sudah tidak lagi menjadi trendy, kita akan enggan memakainya karena merasa barang-barang tersebut sudah ketinggalan zaman. Akhirnya, barang-barang yang sempat tren yang sudah kita beli itu akan terbuang dan berakhir menjadi limbah. Semakin tinggi permintaan terhadap fashion maka akan semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.

Sungai Citarum
Sumber: (Raisan Al Farisi-CNNIndonesia)
Mode yang cepat berganti atau biasa disebut dengan fast fashion ini biasanya menggunakan bahan-bahan dari serat sintetis dan bukan dari bahan alami atau organik. Pakaian dari serat sintetis atau yang diolah dengan bahan kimia membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Industri fashion juga tidak lepas dari penggunaan bahan-bahan kimia seperti pewarna tekstil yang dapat mencemari lingkungan. Contohnya saja seperti beberapa sungai yang ada di wilayah Jakarta dan beberapa daerah yang memiliki pabrik tekstil.
Sungai-sungai di daerah tersebut berubah warna dan membunuh kehidupan yang ada di dalamnya. Sungai-sungai yang sudah tercemar ini, selain mengancam kehidupan hewan dan mikroorganisme juga mengancam kesehatan manusia. Jika air-air dari sungai ini digunakan misalnya saja untuk mandi dan mencuci maka akan berpotensi menimbulkan beberapa penyakit.
Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita sebagai konsumen bijak dalam mengonsumsi apapun itu termasuk barang-barang fashion untuk dapat menekan dampak buruk yang dihasilkan. Beberapa langkah yang bisa kita ambil sebagai konsumen yang bijak, yaitu memilah barang yang akan kita beli, alih-alihkan kuantitas kita juga harus memikirkan kualitasnya.
Selain itu, kita juga bisa berkreasi dengan memanfaatkan pakaian lama dengan cara melakukan padu padan antara pakaian yang satu dengan yang lain, atau dengan cara mendaur ulangnya baik untuk tas, sepatu dan barang-barang lainnya. Sebaiknya, kita juga perlu mencari tau gaya pribadi kita dan menentukan sendiri gaya berbusana seperti apa yang cocok dengan diri kita. Tujuannya adalah agar kita tidak lagi ikut-ikut tren karena sudah tau apa saja yang akan kita kenakan. Dengan begitu kita bisa lebih selektif dalam berbelanja dan tidak mudah tergoda dengan maraknya iklan-iklan fashion terkini dan akan berbelanja sesuai kebutuhan.
Komentar