oleh

HIV/AIDS : Hidup Segan, Mati Tak Mau

-Opini, dibaca 890 x

Penulis: 

Agustina Aulia Putri, Anggun Kesuma, Hanifatus Safana, Rahma Haifa Nada, Saskia Rahma Irawan

Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

Editor: Agustina Aulia Putri 
 
 
 
Sumber : realitapublik.com
 
 
Maraknya HIV/AIDS diproyeksikan sebagai penyakit beban global pertama pada beberapa tahun mendatang. Di Indonesia, HIV juga menjadi tantangan dan kerap dianggap sebagai momok nomor satu bagi masyarakat dikarenakan obat untuk menghempaskan penyakit tersebut belum ditemukan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kasus HIV pertahun, hingga mencapai 519  ribu per Juni 2022. Salah satu kasus HIV yang menggemparkan tanah air adalah temuan ratusan mahasiswa Bandung yang ternyata positif HIV. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung menyebutkan bahwa hingga desember 2021, ada 5.943 warga bandung yang mengidap HIV, dengan penyumbang kasus terbanyak adalah dari usia produktif  termasuk mahasiswa yang presentasenya mencapai 44,84% . Lantas sebenarnya, apa sih HIV itu?
 
Apa itu HIV ? 
 
Human Immunodeficiency Virus atau yang biasa dikenal dengan HIV merupakan sebuah virus yang menginfeksi sel darah putih sehingga menyebabkan system kekebalan tubuh menajadi menurun. HIV menular melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks bebas, penggunaan jarum, serta transfusi darah. Penderita HIV biasanya mengalami beberapa gejala yang terbagi dalam tiga tahapan. Tahapan pertama terjadi dimana penderita merasakan gejala yang sangat mirip dengan gejala flu, munculnya ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, dan sebagainya. Pada tahap kedua penderita tidak merasakan gejala apapun kemudian , pada tahap terakhir daya tahan tubuh penderita menjadi sangat rentan sehingga mudah sakit dan berlanjut menjadi AIDS.
 
Data HIV AIDS Global dan Nasional
 
United Nations International Children’s Emergency Fund  atau UNICEF menyatakan bahwa, sebanyak 71 ribu remaja berusia 10-19 tahun di seluruh dunia meningggal karena HIV pada tahun 2005. Pada tahun 2012, jumlah tersebut meningkat menjadi 110 ribu. Parahnya lagi, para remaja banyak yang belum mengetahui secara detail dari penyakit yang menjadi musuh nyata bagi semua pihak ini. Padahal, dengan pengetahuan yang tepat mengenai HIV, penularannya bisa dicegah sehingga angka kematian akibat HIV AIDS bisa berkurang.
 
Sumber : United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS),2019
 
Menurut data dari Joint United Nations Programme on HIV and AIDS atau UNAIDS 2021, sebanyak 38,4 juta orang di dunia hidup dengan HIV, 36,7 juta diantaranya berusia lebih dari 15 tahun, dan sisanya adalah anak-anak dengan usia 0-14 tahun, dari 38,4 juta orang tersebut 54% penderitanya berjenis kelamin perempuan, dan sekitar 5,9 juta dari seluruh penderita HIV di dunia tidak mengetahui bahwa dirinya menderita HIV. Sekitar 650 ribu orang di dunia meninggal karena penyakit yang berkaitan erat dengan AIDS. Pada tahun 2021, para pekerja seks dan pemakainya, laki-laki gay, transgender, dan pengguna narkoba suntik menyumbangkan sebanyak 70% dari infeksi HIV di dunia. 
 
                       
 
Di Indonesia sendiri, menurut UNAIDS 2021, sebanyak 540 ribu orang dewasa dan anak-anak hidup bersama HIV, sebanyak 520 ribu adalah orang dewasa yang  berumur lebih dari 15 tahun hidup bersama HIV, dan sebanyak 19 ribu adalah anak-anak berumur 0-14 tahun. Terdapat sebanyak 26 ribu kasus kematian pada orang dewasa dan anak-anak yang terjadi akibat AIDS, 23 ribu diantaranya terjadi pada orang dewasa yang berusia lebih dari 15 tahun, dengan kasus kematian paling banyak terjadi kepada laki-laki yaitu sebanyak 14 ribu, dan sebanyak 2,4 ribu anak usia 0-14 tahun meninggal karena AIDS. Terdapat sebanyak 260 ribu anak berusia 0-17 tahun menjadi yatim piatu karena AIDS.
 
Urgensi HIV/AIDS 
 
Sumber: lppslh.or.id
 
Urgensi HIV/AIDS sangat banyak yang belum tercapai, bahkan terbilang mustahil untuk terlaksana. Saat ini, yang sudah ada baru perawatan antiretroviral terhadap orang yang terinfeksi HIV/AIDS dan aksesnya masih tidak tersedia di beberapa negara. Sampai saat ini sedang diusahakan berbagai pendekatan yang mengarah pada pengembangan vaksin. Perlu dipikirkan bahwa kemungkinan pemberian vaksin hiv terapeutik yaitu individu yang terinfeksi HIV akan diobati dengan tujuan memicu respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel yang terinfeksi virus atau memperlambat timbulnya gejala AIDS. Kesulitan utama dalam pengembangan vaksin adalah tidak adanya hewan yang cocok untuk dibuat percobaan HIV. Selain itu akhir-akhir ini telah ditemukan virus obat-obat itu adalah AZT, ddI, ddC, dan d4T. Obat-obat ini memperlambat progresivitas penyakit dan memungkinkan pasien untuk hidup lama dan menikmati kualitas hidup yang lebih baik.
 
Hambatan Penanggulangan HIV/AIDS
 
Sumber : malangpost.id
 
Selama ini masih belum ada metode pengobatan yang benar-benar dapat mengatasi HIV. Namun, harapan hidup penderita HIV juga tidak selamanya nihil. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi Anti Retro Viral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Namun, hambatan dalam pelaksanaan program ARV juga masih ada. Dari upaya eliminasi HIV yang dicanangkan pemerintah melalui triple 95% guna mencapai three zero HIV 2030, dilaporkan ketiganya masih jauh dari target. Wamenkes menyebutkan rendahnya target eliminasi ini dipengaruhi oleh stigma keluarga, petugas kesehatan, maupun masyarakat luas tentang ODHIV. Padahal orang dengan HIV masih mempunyai hak penuh untuk menjalani kehidupannya seperti biasa, tidak dengan pandangan negative dari masyarakat maupun petugas kesehatan tentang HIV yang diidapnya dan resiko penularannya.  Minimnya dukungan dari orang sekitar inilah yang berdampak besar pada tingkat kepatuhan ODHIV melakukan pengobatan ARV. Dengan stigma negative masyarakat terhadap ODHIV membuat mereka enggan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan ke sarana kesehatan terdekat dikarenakan rasa malu yang ditanggungnya.
 
Peranan Generasi Muda
 
Sumber : nusakini.com 
 
Generasi muda adalah generasi yang sudah seharusnya melek akan masalah HIV/AIDS di Indonesia. Karena kedepannya mereka adalah pemimpin dari Bangsa kita ini . Jika kondisi tingginya angka kasus HIV/AIDS di Indonesia ini terus menerus mengalamai kenaikan, maka kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa kita juga akan semakin menurun. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha secara efektif dan efisiensi guna menangani kasus HIV/AIDS ini . Dimana para pemuda Indonesia sendirilah yang menjadi agen dalam misi penyelamatan generasi emas Indonesia akibat HIV/AIDS ini. 
 
Adapun beberapa misi  yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam hal penanggulangan HIV/AIDS adalah dengan mengoptimalkan teknologi sebagai media penyebarluasan informasi yang benar mengenai HIV/AIDS agar dapat meningkatkan edukasi masyarakat mengenai HIV/AIDS sehingga menurunkan angka diskriminasi terhadap ODHA. Pengoptimalan teknologi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk penyebarluasan informasi mengenai HIV/AIDS atau membuat sebuah organisasi peduli  HIV/AIDS dimana media sosial sebagai platformnya. Selain itu tidak melakukan perilaku yang beresiko terkena HIV/AIDS juga menjadi salah satu hal yang dapat dilakukan oleh pemuda Indonesia karena menurut data usia produktif adalah penyumbang angka tertinggi untuk HIV/AIDS. Selain itu peningkatan kualitas dari generasi muda juga perlu di perhatikan. Selain dapat menurunkan angka kasus hiv, peningkatan kualitas para pemuda Indonesia juga dapat melahirkan agen agen baru dalam penanggulangan HIV/AIDS ke depannya.
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments