Penulis:
Putri Sifa Fayani, Liona Ayu Permata Kusuma, Ayu Nasititi Maharani, Muhammad Jadid
(Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya)
Editor : Putri Sifa fayani

Sumber : https://images.app.goo.gl/p6RLkDDLXj7aNeDS7
Tuberkulosis (TBC) atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling mematikan setelah COVID-19. Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani. Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah. Indonesia merupakan Negara Asia Tenggara dengan beban masalah TBC aktif terbanyak.
Gejala dan penularan Tuberkulosis
Cara penularan pada penyakit tuberkulosis adalah ketika penderita batuk-batuk atau bersin, sehingga penderita tuberkulosis ini akan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang tersebar mengandung kuman yang dapat bertahan di udara pada suhu ruang selama beberapa jam. Seseorang dapat tertular oleh droplet tersebut apabila terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah kuman dari droplet penderita TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TBC tersebut akan menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran pernapasan ataupun penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan penyakit TBC dari seorang penderita TBC yang aktif ditentukan oleh jumlah banyaknya kuman yang dikeluarkan dari paru-paru penderita melalui droplet (percikan dahak). Kemungkinan seorang dapat terinfeksi atau tertular TBC biasanya ditentukan oleh konsentrasi droplet yang tersebar di udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
TBC pada paru-paru akan menimbulkan gejala berupa batuk lebih dari 3 minggu yang dapat disertai dahak atau darah. Selain itu, penderita juga akan merasakan gejala lain, seperti demam, nyeri dada dan berkeringat di malam hari.

Sumber: https://images.app.goo.gl/1sfY3ZrasGuMTKTz7
Pengembangan dan formulasi Strategi Penanggulangan Tuberkulosis yang baru didasarkan pada:
. Hasil survei prevalensi 2013-2014, yang menunjukkan bahwa TB mempengaruhi orang-orang dari semua usia atau golongan, dengan orang- orang miskin yang paling terpengaruh. Pria lebih banyak terkena daripada wanita dan orang di daerah perkotaan lebih banyak daripada di daerah pedesaan. Faktor risiko lain adalah penderita gizi buruk, narapidana, dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang terganggu, termasuk HIV dan diabetes, rentan terhadap TB.
· Pelaporan/notifikasi kasus TB oleh program terus landai sebesar 30%, menunjukkan bahwa perubahan pendekatan, metode dan strategi sangat diperlukan
· Perkembangan terbaru manajemen dan alat diagnostik TB.
· Berbagai temuan dan rekomendasi Joint External Monitoring Mission (JEMM) 2013 dan 2016.
· Komitmen pemerintah pusat dan daerah serta dunia yang memberikan perhatian tinggi terhadap masalah TB.
Mencegah TBC dengan Perilaku CERDIK
Melakukan kegiatan promosi kesehatan berupa gerakan pencegahan tuberkulosis dengan menerapkan perilaku “CERDIK” untuk mengajak masyarakat agar memutus akar penyebab masalah terjadinya penyakit menular tuberkulosis atau TBC.
C : Cek kondisi kesehatan secara berkala
E : Enyahkan asap rokok
R : Rajin aktifitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : Kendalikan stress
Kondisi kesehatan paru-paru pada penderita TBC dapat dikatakan mengkhawatirkan atau mematikan. Penderita TBC memiliki organ paru-paru yang tidak dapat bekerja dengan baik atau disfungsi paru-paru. Disfungsi paru-paru berawal dari kelainan ringan, sesak napas, hingga kerusakan jaringan yang dapat meningkatkan resiko kematian. Ayo TOSS TBC (Temukan Tubeculosis Obati Sampai Sembuh) merupakan kampanye sosialisasi TBC yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai penyakit TBC, cara pencegahan dan pengobatannya. Upaya ini memerlukan peran aktif masyarakat, serta pemberdayaan masyarakat secara luas.

Sumber : https://images.app.goo.gl/LztYiPhXTMPVxzPg8
Pengobatan dan Pencegahan Tuberkulosis (TBC)
Pengobatan TBC adalah dengan mengonsumsi obat sesuai dosis dan anjuran dari dokter. Jenis obat yang diresepkan untuk mengatasi TBC antara lain rifampicin dan ethambutol
TBC dapat dicegah dengan vaksin BCG. Pemberian vaksin ini disarankan sebelum bayi berusia 2 bulan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit dan memakai masker saat berada di tempat ramai.
Selaras dengan End TB strategy yang telah menjadi komitmen global dan pemerintah Indonesia, serta mengacu pada RPJMN 2020-2024 maka disusun dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020-2024. Tahun 2020-2024 merupakan periode yang sangat krusial untuk percepatan menuju eliminasi tuberkulosis tahun 2030. Dokumen ini berisikan strategi, intervensi dan kegiatan yang komprehensif serta target yang ambisius untuk dapat menurunkan kasus TBC sesegera mungkin.
Penyusunan strategi nasional ini menggunakan pendekatan “Kerangka Perencanaan yang Berpusat pada Masyarakat (People Centred Framework)” yang mencakup perencanaan program berbasiskan data (evidence-based), prioritisasi masalah, serta penetapan intervensi yang tepat. Program Tuberkulosis Nasional mempunyai 6 (enam) strategi utama yang menyasar tiga karaker kelompok masyarakat sesuai dengan layanan berkesinambungan Tuberkulosis yakni: (1) Orang dengan/atau bergejala tuberkulosis yang belum/tidak mengakses layanan kesehatan; (2) Orang dengan Tuberkulosis datang ke layanan tetapi tidak terdiagnosis atau tidak dilaporkan; dan (3) Orang yang dilaporkan sebagai kasus Tuberkulosis tetapi tidak diobati.
Komentar