oleh

Self-Love Mencegah Masalah Kesehatan Mental Pada Mahasiswa

-Opini, dibaca 995 x

Oleh:

Defa Sari, Alvania Afifah Desvi Imanda, Ade Pratama 

Editor: Debby Amanda Putri

 
 
Prevalensi Bunuh Diri
 
Bunuh diri merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus saat ini. Menurut WHO, Setiap tahun 703.000 orang bunuh diri dan masih banyak lagi orang yang mencoba bunuh diri. Bunuh diri terjadi pada setiap kelompok umur dan merupakan penyebab utama kematian keempat di antara usia 15-29 tahun secara global pada tahun 2019. Bunuh diri tidak hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi, tetapi merupakan fenomena global di seluruh wilayah dunia. Faktanya, lebih dari 77% kasus bunuh diri global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2019.
 
Berdasarkan Our World in Data, terdapat beberapa faktor risiko bunuh diri yaitu kesehatan mental, resesi ekonomi, prevalensi senjata, pola siang hari (daylight patterns), hukum perceraian, liputan media tentang bunuh diri dan penggunaan alkohol. Masalah Kesehatan mental seperti depresi dan gangguan mood lainnya diakui secara luas di antara faktor risiko paling penting untuk bunuh diri. Bertolote dan Fleischmann (2002), melaporkan bahwa 98% dari mereka yang meninggal karena bunuh diri memiliki gangguan mental yang dapat didiagnosis. 
 
 
Situasi dan Kondisi Kesehatan Mental 
 
“There is no health without mental health”, sebagaimana definisi sehat yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) yaitu “Health as a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity”. Maka dari itu, adanya gangguan kesehatan mental tidak bisa kita remehkan karena kesehatan mental adalah salah satu indikator sehat. Kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan (well-being) seorang individu yang menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
 
Pada tahun 2018, terdapat sekitar 450 juta orang menderita gangguan mental dan perilaku di seluruh dunia. Diperkirakan satu dari empat orang akan menderita gangguan mental selama masa hidup mereka. Menurut WHO regional Asia Pasifik (WHO SEARO) jumlah kasus gangguan depresi terbanyak di India (56.675.969 kasus atau 4,5% dari jumlah populasi), terendah di Maldives (12.739 kasus atau 3,7% dari populasi). Adapun di Indonesia sebanyak 9.162.886 kasus atau 3,7% dari populasi.
 
 
Kasus Bunuh Diri Mahasiswa Akibat Skripsi 
 
Menurut Kata Data, selama 20 tahun terakhir, tren tingkat bunuh diri di Indonesia menurun. Pada 2020, tingkat bunuh diri di tanah air sempat mencapai 3,5 per 100 ribu penduduk. World Bank telah melaporkan bahwa, tingkat bunuh diri di Indonesia mencapai 2,4 per 100 ribu penduduk pada tahun 2019. Artinya, terdapat 2 orang yang melakukan bunuh diri dari setiap 100 ribu penduduk di Indonesia. Rasio ini cenderung stabil sejak 2014 hingga 2019. Meskipun tren bunuh diri di Indonesia dinilai menurun, kejadian bunuh diri pada mahasiswa masih terjadi setiap tahunnya, terutama bunuh diri yang disebabkan oleh faktor kesehatan mental. 
 
Berdasarkan Malangtimes.com, setidaknya 10 nyawa generasi muda Indonesia telah hilang sebagai akibat depresi saat mengerjakan tugas akhir (skripsi) apabila dihitung dari tahun 2014 hingga 2020. Terdapat 2 kasus pada tahun 2014 yaitu pada bulan Oktober di Padang Bulan, Medan dan April di Kendal, Jawa Tengah. Hal ini berlanjut dengan 1 kasus di tahun 2015 yaitu pada bulan Juni di Sukoharjo, Jawa Tengah, 1 kasus di tahun 2016  pada bulan Juli di Pesanggerahan, Jakarta Selatan, 1 kasus di tahun 2017 pada bulan April di Sekdanau Hulu, Kalimantan Timur, 1 kasus di tahun 2018 pada bulan Maret di Ogan Ilir, Sumatera Selatan, serta 1 kasus di tahun 2019 pada bulan September di Cablong, Kota Bandung. Adapun pada tahun 2020 telah terjadi 3 kasus bunuh diri akibat skripsi yaitu pada bulan Januari di Mlati, Sleman Yogyakarta, pada bulan Mei di Kalidangu, Serang Banten dan pada bulan Juli di Samarinda, Kalimantan Timur.
 
Sedangkan di Kota Palembang, Sumatera Selatan sendiri telah terjadi 1 kasus bunuh diri yang terjadi pada bulan Oktober pada tahun 2021. Kasus tersebut diduga disebabkan oleh depresi akan tugas akhir karena korban sudah menginjak semester 11 namun belum juga diwisuda. Hal ini kemudian menyebabkan korban nekat terjun dari rooftop kompleks pertokoan Palembang Indah Mall (PIM) hingga ditemukan tewas di lantai dasar parkiran. Kemudian pada tahun 2022, kasus bunuh diri pada mahasiswa kembali terulang di Kota Palembang pada bulan Maret, korban ialah seorang mahasiswi dengan alasan bunuh diri diduga karena depresi dan tidak ada yang dapat membantunya pada saat-saat sulit tersebut.
 
 
Hubungan Kepercayaan Diri dan Bunuh Diri 
 
Kejadian bunuh diri dipandang sebagai salah satu fenomena global yang terjadi di masa kini. Bunuh diri dianggap sebagai masalah sosial yang serius karena tidak hanya mempengaruhi orang yang meninggal tetapi juga meninggalkan dampak terhadap ekonomi korban. Dalam hal efek sosialnya, sebuah penelitian baru-baru ini di Amerika Serikat menunjukkan bahwa satu kematian bunuh diri dapat mempengaruhi hingga 135 orang. Selain itu, anggota keluarga dan kenalan dekat yang ditinggalkan oleh korban bunuh diri biasanya mengalami penarikan diri secara sosial, rasa bersalah, menyalahkan diri sendiri, gangguan mental dan bahkan berisiko untuk melakukan bunuh diri.
 
Hubungan antara kepercayaan diri dan bunuh diri telah diteliti secara menyeluruh dalam beberapa dekade terakhir. Kepercayaan diri yang rendah telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko paling signifikan untuk risiko bunuh diri dan perilaku bunuh diri. Selanjutnya, harga diri terbukti memiliki hubungan yang unik dengan ide bunuh diri di luar apa yang bisa dijelaskan oleh depresi dan keputusasaan, yang merupakan dua faktor risiko paling umum untuk bunuh diri. Dalam studi lain, kepercayaan diri yang rendah di masa kanak-kanak disarankan menjadi faktor risiko yang signifikan untuk pengembangan ide bunuh diri saat dewasa. Sebaliknya, tingkat kepercayaan diri yang tinggi telah diindikasikan untuk mengurangi risiko bunuh diri. 
 
 
Konsep Self-Love dalam Mencegah Kesehatan Mental 
 
Kondisi kesehatan mental yang sulit dicapai akan berkembang menjadi pribadi yang memiliki mental yang sakit (mental illness), ciri-ciri orang yang memiliki mental yang kurang sehat yaitu apabila seseorang tidak bahagia dalam kehidupan dan hubungan sosial, merasa dalam keadaan tidak aman, dikekang dengan rasa takut dan khawatir yang mendalam, tidak percaya akan kemampuan diri, tidak memiliki kematangan emosional, tidak dapat memahami kondisi dirinya sendiri. Kemudian mental yang sakit (mental illness) dapat ditandai dengan kecemasan atau kegelisahan (anxiety), mudah tersinggung/marah, agresif & destruktif (merusak), pemarah yang berlebih, tidak mampu menghadapi kenyataan secara realistik, memiliki gejala psikosomatis (sakit fisik yang diakibatkan oleh gangguan psikis, misalnya karena stres). 
 
Konsep dari self-love adalah sikap untuk mencintai, menerima dan menghargai diri baik yang dimasa sekarang maupun apa yang sudah terjadi di masa lalu. Hal ini juga termasuk menerima kelebihan, kekurangan, dan potensi diri. Apabila seseorang dapat menilai diri sendiri dengan baik, seseorang tidak akan mengorbankan kesejahteraan dan kebahagiaannya demi kepentingan orang lain. Penerapan self-love dapat membuat beberapa perubahan dalam hidup, salah satunya dapat dilihat dari semakin positifnya sudut pandang, persepsi terhadap diri, penguasaan emosi dan kepercayaan diri.
 
Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi masing-masing individu ialah dengan mempraktikkan self-love dalam kehidupan sehari-hari. Praktik self-love tersebut dapat dimulai dengan melakukan kegiatan sebagai berikut; yaitu meluangkan waktu secara rutin paling tidak 30 menit dalam sehari untuk meditasi, relaksasi dan menenangkan pikiran; hal ini dapat dilakukan setiap pagi hari ketika udara masih segar. Yang kedua yaitu dengan melakukan hal-hal yang disukai yang dapat meningkatkan derajat kebahagian seperti olahraga favorit, jalan kaki, ataupun kegiatan kesenian yang disukai. 
 
Adapun dalam mengerjakan skripsi, praktik self-love ini dapat dilakukan dengan mengomunikasikan perasaan tidak mengenakkan dan menyalurkan emosi yang dirasakan melalui mengobrol dengan orang terdekat dan meminta mereka agar selalu ‘check-up’ atau menanyakan keadaan secara berkala, kemudian melakukan journaling, yaitu mencatat hal-hal yang terjadi setiap harinya sebagai alat pencatat perubahan emosi sehingga hal tersebut dapat membantu dalam memahami diri, serta terakhir dilakukan dengan mengafirmasikan kata-kata yang baik sebagai apresiasi serta bentuk terima kasih atas diri sendiri seperti, “Terima kasih sudah selalu mau berusaha dan tidak menyerah setiap harinya” atau “Terima kasih telah bertahan sampai hari ini, kamu hebat dan aku bangga sekali padamu”. Afirmasi positif tersebut akan membuat pikiran kita terasa lebih positif juga, karena biasanya illness yang kita derita bersumber dari pikiran negatif yang belum tentu akan terjadi.  
 
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, praktik self-love dapat juga dilakukan melalui pendekatan agama. Dalam pandangan agama Islam, mencintai diri sendiri adalah suatu kewajiban sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT, sehingga hal yang dapat dilakukan ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meluangkan lebih banyak waktu menjalankan ibadah sesuai tuntunan-Nya, baik dengan cara menjalankan ibadah puasa, ibadah sholat serta berdoa secara khusyu’ setelahnya.
 
Melalui konsep self-love ini, diharapkan dapat mengurangi maraknya kasus kesehatan mental yang terjadi di masyarakat. Dengan peningkatkan kecintaan terhadap diri sendiri, masing-masing individu dapat meningkatkan derajat kebahagiaan diri masing-masing sehingga dapat melawan kecemasan yang berlebihan (anxiety) serta gejala dan tingkah laku destruktif lain yang diakibatkan oleh kesehatan mental.
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments