oleh

Hal ini menjadi pemicu kanker serviks?? Ayo deteksi dini dari sekarang!!!

-Opini, dibaca 546 x

Penulis :

Nada Izzata Kamilla
Anisa Nur Janah
Lia Tri Aida Saputri
(Peminatan Epidemiologi, Universitas Sriwijaya)
 
Editor : Rizka Shafira
E-mail : qannissa02@gmail.com
 
 
Penderita kanker serviks atau sebutan lainnya kanker leher rahim sering dikatikan dengan wanita yang memiliki kehidupan yang bebas, hal tersebut dikarenakan penyebab utama kanker ganas ini adalah hubungan seksual yang bebas, yakni berganti-ganti pasangan sehingga menularkan virus HPV ataupun melakukan hubungan seksual terlalu dini yang menyebabkan sel-sel leher rahim yang masih tumbuh dan berkembang bersifat abnormal yang memicu kanker serviks.
 
Saat ini deteksi dini belum diterapkan secara maksimal, tidak heran jika angka kanker serviks di Indonesia tinggi. Kanker serviks menduduki peringkat penyebab kematian tertinggi pada wanita di Indonesia. Berdasarkan data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari lembaga kesehatan internasional atau yang kita kenal World Health Organization (WHO) 2022 tercatat jumlah kasus kanker serviks mencapai 36.633 kasus atau sebesar 9,2% dari total kasus kanker.
 
Belajar dari kasus artis berinisial “J”pada tahun 2017 lalu, tepatnya pada tanggal 10 Juni telah menghebohkan jagat hiburan Indonesia karena dinyatakan meninggal dunia setelah menderita kanker serviks selama tiga tahun. Pada  saat persidangan perceraian bintang kondang ini Ketua Majelis Hakim, Pudji Tri Rahadi menyatakan bahwa kanker serviks yang dialami oleh “J” diakibatkan karena gaya hidup mantan suaminya yang suka bergonta-ganti pasangan. 
 
Terlepas pernyataan benar atau tidak, namun yang pasti laki-laki memang tidak dapat terkena kanker serviks karena mereka tidak mempunyai rahim, tetapi virus HPV sebagai penyebab kanker serviks dapat menempel pada alat vital laki-laki dan dapat menularkan ke pasangan seksualnya.
 
“J” pertama kali divonis kanker serviks pada tahun 2014 pada stadium 2, setelah itu ia rutin menjalani pengobatan selama satu tahun. Dan pada Januari 2015 “J” mengumumkan bahwa ia telah sembuh total dari kanker serviks, namun masih ditahun yang sama pada bulan mei ia di diagnosis menderita kista dan terdapat benjolan pada payudaranya, dan pada bulan November 2015 “J” kembali dianyatakan bersih dari kanker. Setelah satu tahun berlalu, ditahun 2016 public figure ini sempat tumbang dan dilarikan ke rumah sakit, sampai kemudian mendapatkan diagnosis bahwa ia positif kanker serviks dengan stadium empat yaitu stadium akhir.
 
Belajar dari penyakit yang dialami oleh “J”, alangkah baiknya kita menghindari hubungan seksual yang berisiko yaitu tidak melakukan hubungan seksual sejak dini dan juga tidak bergonta ganti pasangan. Hal ini tidak hanya berlaku untuk kaum hawa saja, tetapi kaum adam juga harus menerapkannya untuk meminimalisir faktor risiko. Di samping itu setiap individu harus menerapkan pola hidup yang sehat, makan makanan yang memiliki nutrisi dan gizi tinggi, tidak meminum minimal alkohol, tidak merokok, dan istirahat yang cukup.
 
 Pentingnya Deteksi Dini!
 
Untuk para wanita penting sekali untuk melakukan deteksi dini kanker serviks, sebab kanker ini memiliki perkembangan yang lambat, serta gejalanya akan muncul ketika sampai di stadium lanjut. Mengutip dari artikel Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hampir 95% kejadian kanker serviks pada wanita disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit dalam lapisan sel epitel pejamu karena adanya mikroabrasi atau luka kecil, penyebaran utama dari HPV adalah melalui hubungan seksual. 
 
Faktanya perkembangan dari Human Papiloma Virus ini lambat, sehingga membuat infeksi HPV ini tidak terlacak dengan cepat, jadi bisa saja kita terinfeksi HPV dari beberapa tahun yang lalu, tapi baru terlacak saat pemeriksaan terbaru.
 
Pada dasarnya kanker serviks jarang menunjukan gejala apapun pada tahap awal, karena itu sangat penting untuk kita melakukan skrining atau deteksi dini kanker serviks, adapun manfaat melakukan deteksi dini kanker serviks dalam berbagai sumber lain, yakni:
 
1.      Presentase untuk sembuh lebih besar
 
Dengan kita melakukan deteksi kanker serviks sedini mungkin, maka kita akan tahu adanya kanker atau tidak lebih awal, sehingga jika ternyata ditemukannya kanker di dalam tubuh, maka dokter dapat mengambil tindakan lebih cepat, dan pengobatan serta terapi dapat dilakukan sesegera mungkin, sehingga peluang untuk sembuh lebih besar.
 
2.      Pengobatannya tidak sekompleks bila sudah parah
 
Sel kanker merupakan sel yang dapat dan mudah menyebar, sehingga jika sudah menyebar sulit untuk diobati, maka itu penting untuk melakukan pengobatan kanker serviks sesegera mungkin.
 
3.      Biaya lebih rendah
 
Pengobatan untuk kanker dengan stadium awal beda dengan pengidap kanker stadium 3 atau 4, baik jenis, banyaknya pengobatan, durasi, dan biaya untuk stadium awal tentu lebih sedikit dan ringan.
 
4.      Kualitas hidup jauh lebih baik
 
Seseorang yang terdeteksi kanker ditubuhnya di awal atau sedini mungkin tentu peluang untuk bertahan hidup lebih besar dibanding mereka yang terdeteksi saat sudah stadium tinggi.
 
Determinan Sosial Mengapa Tingkat Deteksi Dini pada Kanker Serviks masih Rendah Padahal Menempati Posisi Kedua Sebagai Penyebab Kematian di Indonesia
 
Meskipun deteksi dini memiliki berbagai manfaat namun tingkat deteksi dini di Indonesia masih saja rendah, hal ini sesuai dengan hasil survey yang didapatkan dalam artikel jurnal Universitas Muhmmadiyah Magelang tahun 2017 tentang Faktor yang Mempengaruhi Deteksi Dini Kanker Serviks:
 
 
1.      Pengetahuan
 
Kurangnya pengetahuan atau pemahaman mengenai kanker serviks, bahaya kanker serviks, faktor risiko sampai dengan cara deteksi dini dan cara pencegahan tentang kanker serviks, beresiko pada telambatnya masyarakat dalam memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
 
2.      Rasa takut dan malu
 
Rasa takut dan malu untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, takut dengan hasil yang positif, rasa takut sakit dan nyeri saat melakukan pemeriksaan, dan takut dengan biaya pengobatan yang mahal. Mengutip dari merdeka.com tahun 2022 mengenai Minimnya Deteksi Dini Kanker Serviks Jadi Faktor Penyebab Banyaknya Penderita, "Mereka kebanyakan tidak mau skrining karena malu, enggan, dan belum merasa perlu karena tidak ada keluhan," ujar Andrijono dalam seminar media bertema “Inovasi Deteksi Dini untuk Meningkatkan Cakupan Skrining Kanker Serviks di Indonesia”. Padahal jika deteksi dini dilakukan lebih awal dapat membantu mencegah risiko kanker untuk berkembang lebih jauh.
 
3.      Tingkat sosial ekonomi
 
Karena akses pelayanan kesehatan yang sulit serta biaya yang mahal membuat masyarakat yang memiliki tingkat perekonomian rendah enggan dan takut untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Padahal deteksi dini saat ini dapat dicover oleh BPJS Kesehatan bagi pemegang kartu BPJS.
 
4.      Jangkauan fasilitas kesehatan
 
Jangkauan fasilitas yang sulit untuk dijangkau oleh masyarakat membuat informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan tidak merata. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair dan Poltekkes Kemenkes Surabaya,  jangkauan fasilitas Kesehatan klien kanker serviks di Poli Onkologi RSU Dr.Soetomo Surabaya didapatkan bahwa sebanyak 68 klien atau 72,3% dari total klien tidak dapat menjangkau fasilitas Kesehatan. Jangkauan ke fasilitas Kesehatan atau jauh dekatnya akses terhadap pelayanan Kesehatan adalah faktor yang mempengaruhi kepatuhan  pengobatan, sehingga hal ini akan mempengaruhi individu terlambat melakukan pemeriksaan atau deteksi dini ke pelayanan Kesehatan.
 
5.      Kebijakan pemerintah yang masih kurang
 
Saat ini kebijakan pemerintah mengenai program deteksi dini kanker serviks di Indonesia masih kurang terdengar oleh masyarakat, sehingga masyarakat masih asing mengenai apa itu deteksi dini. Hal tersebut terjadi karena upaya promotif atau sosialisasi mengenai deteksi dini yang dilakukan kurang optimal. Pomosi mengenai program deteksi dini dapat dilakukan melalui media sosial maupun kelompok masyarakat seperti pengajian, gereja, kegiatan PKK, serta dinas-dinas kesehatan kabupaten atau kota dan provinsi, dalam hal ini pihak pemerintah harus terlibat langsung didalamnya.
 
Pelaksanaan program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA merupakan kebijakan pemerintah republik Indonesia sebagai upaya untuk mengantisipasi dan menurunkan angka kejadian kanker serviks.
 
Kota Palembang telah menunjukan dukungannya terhadap program IVA melalui Tim Penggerak PKK dan Dharma Wanita Persatuan Kota Palembang pada16 Desember tahun 2020 sebagai peringatan hari Ibu melaui kegiatan Bakti Sosial (Baksos) donor darah dan pemeriksaan IVA/pemeriksaan PTM, yang bertempat di Rumah Dinas Wali Kota Palembang. Tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai bentuk kepedulian ibu-ibu kepada masyarakat Palembang khususnya wanita untuk meminimalisir terjadinya penyakit tidak menular. Selain pemeriksaan IVA pada kegiatan ini juga dilakukan pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS), kedua pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau wanita yang berusia 30 sampai 50 tahun. Melalui kegiatan ini 47 wanita berhasil melaksanakan pemeriksaan IVA dan SADANIS. 
 
Kegiatan yang diadakan oleh PKK dan Dharma Wanita Persatuan Kota Palembang dapat kita contoh sebagai kegiatan yang memiliki dampak positif untuk masa depan wanita Indonesia. Dan untuk wanita-wanita Indonesia yang hebat dan berani ayo periksakan diri kalian!
 
Jangan takut dan malu untuk melakukan deteksi dini kanker serviks karena sehat dimulai dari kesadaran terhadap kesehatan diri sendiri.
 
Be woman's health, jangan takut untuk deteksi dini!!! kalo bukan sekarang, kapan lagi?
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments