oleh

Fenomena Friend with Benefits (FWB): Perilaku Seks Tidak Aman pada Remaja

-Opini, dibaca 1465 x

Kelompok 8

Nama Anggota:

1. Ajeng Fathia Nurqanita (10011282025068)

2. Nabilah Qatrunnada      (10011282025103)

3. Ullya Fitri Samsuri      (10011282025080)
 
 
“Suatu hari, Saya iseng membuka laman Twitter dan melihat kata 'FWB' sedang trending di Indonesia. Saat itu, Saya tidak mengetahui apa itu FWB dan penasaran untuk membukanya. Setelah Saya baca, Saya terkejut banyaknya remaja Indonesia yang berbagi pengalaman dalam hubungan tanpa ikatan atau bahasa gaulnya FWB. Bahkan tak sedikit dari mereka tidak saling mengenali pasangan FWB mereka.”
 
“Saya ingat suatu cerita dimana ada seorang remaja SMA di ibu kota yang pernah berhubungan FWB bersama pekerja kantoran. Mereka bertemu di salah satu grup pada laman Twitter hingga akhirnya menjalin hubungan FWB. Walau mereka tidak berstatus pacaran/komitmen, tetapi mereka sering bertemu dan melakukan hubungan seksual dengan leluasa.” (Catatan Penulis, 2022)
 
Apa itu Friend With Benefits?
 
Interaksi Friends With Benefits merupakan interaksi antara laki-laki dan perempuan yang menjalin hubungan tanpa adanya ikatan komitmen kedua pasangan. Dalam interaksi Friends With Benefits tidak melibatkan perasaan cemburu terhadap pasangan FWB (Putri, 2015).
 
Friends With Benefits atau biasa disingkat FWB adalah salah satu fenomena yang saat ini sedang naik daun di kalangan remaja Indonesia. Tren yang sebelumnya viral di luar negeri masuk ke Indonesia dengan mudah seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih. FWB merupakan hubungan tanpa ikatan yang identik dengan kegiatan seksual.
 
Friends With Benefits termasuk ke dalam hubungan seks yang tidak aman dikarenakan melakukan hubungan tanpa ikatan yang jelas dan sah. Tak jarang beberapa orang yang melakukan hubungan ini berdampak pada kehamilan diluar nikah, pernikahan dini, hingga penularan penyakit seksual.
 
Kebanyakan orang yang menjalin hubungan FWB disebabkan oleh perasaan mendapatkan keuntungan tanpa perlu bertanggung jawab dalam hubungan tersebut. Jadi, “benefits” menurut mereka adalah hubungan saling menguntungkan tetapi tidak mau ada komitmen dan tanggung jawab.
 
Apa saja faktor determinan sosial yang menyebabkan fenomena FWB di kalangan remaja Indonesia?
 
 
Faktor Individu
 
Salah satu faktor individu yaitu adanya perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual mereka. Adanya hubungan antara pria dan wanita yang berawal dari hubungan pertemanan saja, bisa berorientasi pada aktivitas seksual. Jadi, partisipan didominasi oleh pemenuhan hasrat seksual dan kebebasan tanpa ikatan hubungan dengan lawan jenis. Hubungan FWB ini dijalani oleh pasangan yang takut akan komitmen dan hanya tertarik untuk menjalani seks. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olivia Giorgi (2013), individu melakukan hubungan FWB disebabkan oleh keinginan dan menjalin pertemanan saja. Mereka ingin menghindari hubungan serius dan hanya ingin hubungan yang sederhana.
 
Selain itu, individu memiliki psikososial. Faktor ini berhubungan dengan perilaku psikologis dan sosial pada individu. Contohnya adalah tekanan psikologis, penggunaan alkohol, dan perhatian terkait pengambilan keputusan pada sebuah hubungan. Partisipan FWB bisa merasa ketakutan dalam berhubungan dengan orang lain serta lingkungan sosialnya (Owen & Fincham, 2011).
 
Faktor Interpersonal/Keluarga
 
Keluarga merasakan dampak dari hubungan FWB ini jika anak-anak mereka melakukannya. Remaja yang hidup jauh dari orang tua membuat mereka kehilangan pengawasan dan kontrol atas pergaulan, maka hal ini dapat menjadi kebiasaan hidup mereka. Faktor-faktor keluarga antara lain adanya kekerasan dalam keluarga, orang tua yang bercerai (broken home), diusir dari rumah, serta ekonomi keluarga. Sarwono (2013) menjelaskan bahwa kehidupan keluarga yang tidak harmonis, ketidaktahuan orang tua maupun sikap asing/abai terhadap masalah seks dengan anak mengakibatkan kurangnya pengetahuan remaja tentang seksualitas.
 
Faktor Sosial
 
Seiring dengan perkembangan globalisasi, istilah FWB ini menyebar luas dan populer di Indonesia. Mudahnya akses informasi dan komunikasi membuat partisipan FWB saling terhubung dan berinteraksi dengan leluasa. Banyak remaja yang awalnya hanya mengikuti tren yang ada di lingkungan sekitarnya. Namun, dengan melihat tren baru ini banyak dilakukan menyebabkan lama kelamaan menjadi lumrah dilakukan. Hubungan ini akan semakin sering dilakukan jika mereka melakukan kontak sosial dan komunikasi setiap harinya. Hal ini menimbulkan keterkaitan dengan remaja, khususnya pada lawan jenis mereka masing-masing.
 
Di bidang sosial, fenomena pertemanan FWB (Friend with Benefits) ini dipandang sebagai bagian perubahan dalam masyarakat untuk memaknai suatu hubungan (Putri, 2015). Hubungan baru tersebut terkadang berujung dengan hubungan tanpa status pernikahan yang sah atau sekedar hubungan friend with benefits saja.
 
Kebijakan dan Dampak Hubungan FWB
 
Sejauh ini, belum ada kebijakan secara khusus yang mengatur terkait hubungan FWB tetapi pemerintah mulai melakukan strategi yaitu dengan memaksimalkan program pencegahan perilaku berisiko seks di luar nikah di kalangan pemuda. Hal ini dikarenakan seks yang tidak aman diyakini dapat meningkatkan penyebaran  kasus HIV/AIDS  pada remaja Indonesia.
 
Selain memiliki dampak fisik, friend with benefits juga memiliki dampak pada psikologis kedua pasangan. Faktor psikologis dipengaruhi oleh pola pikir dan pengambilan keputusan dalam bertindak. Dampak psikologis yang timbul dapat terjadi ketika terjadi diskriminasi dari masyarakat yang mengetahui hubungan pasangan tersebut. Pada akhirnya, ini dapat menimbulkan rasa kesepian, tertutup, dan mudah insecure.
 
Apa yang Perlu Dilakukan?
 
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi juga memudahkan para remaja mendapatkan informasi. Untuk itu, perlu adanya sebuah upaya seperti memberikan edukasi untuk menjadi bekal para remaja. Sebagai orang tua yang menjadi orang terdekat, seharusnya bisa memberikan pendidikan, kepercayaan, dan perhatian lebih mengenai masalah seksual ini. Apabila anak diberi bekal pengetahuan, maka mereka akan memiliki pandangan dalam bertindak. Jika keluarga memberikan edukasi yang baik, maka anak tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan maupun dampak negatif perkembangan zaman. Keluarga yang memberikan pengetahuan tentang seksualitas, mampu meminimalisir kejadian friend with benefits ini. 
 
Berhati-hatilah ketika berteman dengan siapapun. Ketahuilah mana teman yang baik di kehidupanmu agar tak terjerumus dalam hubungan friend with benefits ini.
 
Kesimpulan
 
FWB atau Friend With Benefits merupakan suatu relasi/hubungan dimana identik dengan perilaku seksual tanpa komitmen atau hubungan yang sah. Mereka mendapatkan keuntungan hanya saat bertemu melalui hubungan FWB tersebut. FWB dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi remaja yang menjalaninya, yaitu diskriminasi masyarakat, mudah terjangkit penyakit menular seksual yaitu HIV AIDS, kehamilan di luar nikah, dan pernikahan dini. Relasi ini timbul dari berbagai faktor, yaitu faktor individu, keluarga, serta sosial. Kebijakan terkait FWB yang beredar di kalangan remaja belum tercantum dalam peraturan pemerintah maupun undang-undang. Maka dari itu, perlu dilakukannya pendidikan/edukasi terhadap remaja untuk mencegah menyebarnya hubungan ini.
 
Sumber :
 
Giorgi, O. (2013). Motivations and Relationship Quality of Friends with Benefits Relationships Among Emerging Adults. https://digitalcommons.calpoly.edu/psycdsp/38
 
Owen, J., & Fincham, F. D. (2011). Effects of gender and psychosocial factors on ‘friends with benefits’ relationships among young adults. Archives of Sexual Behavior, 40(2), 311–320. https://doi.org/10.1007/s10508-010-9611-6
 
Putri, M. G. (2015). Friends with benefits (FWB): Studi tentang pergaulan bebas mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta]. https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/16640/
 
Sarwono, S. W. (2013). Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada.
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments