Penulis: Dika Rahmadani, Muasdalifa, Syariifaturrahmatudzakiyyah
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRI (Peminatan Epidemiologi)
Editor : Ersi Lois Nadelah
Email : muasdalifamoss@gmail.com
Diceritakan suatu kisah : Ani dan Kiran merupakan siswi salah satu sekolah di Aceh. Setiap bulannya sekolah selalu mendapat kunjungan petugas kesehatan yang membagikan tablet tambah darah bagi siswi sekolah tersebut. Berdasarkan anjuran petugas kesehatan, mereka harus mengonsumsi tablet tersebut sebanyak satu kali seminggu. Kiran yang sudah tahu besarnya manfaat tablet tersebut rutin mengonsumsi sesuai anjuran. Berbeda dengan Ani yang minim pengetahuan dan walaupun sudah diberi tahu tidak dihiraukan. Tablet yang diberikan selalu dibuang begitu saja dengan alasan mual kalau mengonsumsinya. Waktu berlalu hingga bertemu pasangan masing-masing kemudian menikah dan hamil. Pada saat pemeriksaan laporan kesehatan ibu dan bayi ternyata Ani mengalami anemia dan bayi yang dikandung tidak tercukupi gizinya. Dokter menjelaskan penyebab dan baru Ani ketahui bahwa tablet yang dia buang bertahun-tahun lalu ternyata sangat berdampak untuk kehidupan nya sekarang.
— Berdasarkan Survei Kementerian Kesehatan masih terdapat remaja putri usia 15-19 tahun dengan kondisi berisiko kurang energi kronik sebesar 36,3%, wanita usia subur 15-49 tahun dengan risiko kurang energi kronik 33,5%, dan mengalami anemia sebesar 37,1%” artinya, sekitar 1 dari 5 anak remaja di Indonesia menderita anemia. Anemia pada remaja putri berdampak pada kesehatan dan prestasi di sekolah. Saat menjadi Ibu hamil, anemia berisiko dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang tidak optimal, menyebabkan komplikasi kehamilan, dan persalinan serta kematian ibu dan anak. (Sumber : Kemkes.go.ig )
Remaja putri ( rematri ) rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi. Rematri pada masa pubertas mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga, kebutuhan zat besi juga meningkat. Selain itu, rematri kadang menerapkan diet yang keliru. Zat besi ini digunakan untuk membentuk sel darah merah yang mengandung banyak nutrisi untuk tubuh. Zat besi tersebut bisa didapatkan dengan mengkonsumsi tablet tambah darah yaitu satu minggu sekali.
"Tujuan pemberian TTD ini selain untuk meminimalisir potensi anemia yang berakibat terhadap kesehatan dan prestasi di sekolah, pemberian tablet tamba darah juga untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri pada saat sebelum menjadi seorang ibu sebagai salah satu langkah strategis dalam upaya pencegahan stunting di Aceh Besar," Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinkes Aceh, Dr Sulasmi.
MIND MAPPING
Ketahui determinant of health nya :
1. Faktor Individu : Kurangnya pengetahuan
Informasi mengenai tablet tambah darah hanya diketahui untuk remaja menstruasi guna mengganti darah yang dikeluarkan pada saat menstruasi. Padahal, pemberian tablet tambah darah kepada remaja dinilai efektif dalam menurunkan dan mencegah terjadinya anemia. Para remaja akan memiliki wajah yang segar, tidak pucat, tidak mudah mengantuk dan berdaya konsentrasi tinggi. Selain itu, tablet tambah darah yang dikonsumsi secara rutin dapat membantu mempersiapkan kondisi tubuh prima yang kelak senantiasa sehat saat hamil maupun melahirkan.(Novianti, 2020).
2. Faktor Keluarga : Kurangnya kesadaran
Kurangnya kesadaran dari dalam keluarga merupakan salah satu penyebab susahnya remaja untuk konsumsi tablet tambah darah. Anak-anak tidak dikenalkan dengan tablet tambah darah, kegunaannya dan penting untuk remaja wanita. Keluarga seakan menganggap dengan konsumsi sayur, lauk dan buah saja sudah cukup memenuhi asupan gizi mereka. Gejala seperti lemas, pusing atau berkunang-kunang pada remaja putri terkadang dianggap biasa.
3. Faktor Kebijakan : PMK No. 51 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi
Suplementasi gizi dalam bentuk tablet tambah darah merupakan suplemen gizi dengan kandungan paling sedikit zat besi dan asam folat yang diberikan kepada wanita usia subur atau wanita yang sudah menstruasi dan ibu hamil. Hal ini dikarenakan tingginya angka anemia dan kurang gizi pada remaja putri sebelum nikah sehingga pada saat hamil menghasilkan anak stunting.
4. Faktor Lingkungan : Pola pikir remaja
Lingkungan mempengaruhi remaja dari segi pola pikir dan perilakunya. Tentang maja mendapatkan informasi yang beredar dengan jenis yang berbeda tiap orang yang menyampaikannya sehingga, kebanyakan remaja memilih untuk mempercayai terutama dari orang terdekatnya. Tanpa memikirkan hal tersebut benar atau salahnya. Maka, muncullah istilah mempercayai suatu mitos di masyarakat. Program pemberian tablet tambah darah yang sudah lama digerakkan, tapi masih banyak diacuhkan oleh remaja. Hal tersebut dipengaruhi oleh pola pikir remaja yang enggan dan takut akibat efek samping yang dihasilkan oleh tabletnya yang diperoleh dari pernyataan teman-teman terdekat yang sudah berpengalaman meminum tablet tersebut. (Muliani, 2018).
5. Faktor Sosial Budaya : Sesuatu yang tabuh
Mempengaruhi sikap dalam menerima suatu kelompok. Layaknya tenaga kesehatan yang hendak menjalankan gerakan minum tablet tambah darah dalam suatu masyarakat tertentu maka, tidak semua dari kalangan masyarakat tersebut menerima kehadiran mereka karena masih kentalnya anggapan terhadap sesuatu yang dipercayai dan merasa baru untuk dimengerti dan mengenal tablet tambah darah sehingga, menimbulkan rasa cemas dan penolakan di masyarakat tertentu.
Maka, untuk mengatasi masalah kekhawatiran tersebut, perlu diketahui oleh rematri bahwa :
1. Konsumsi tablet penambah darah yang mengandung zat besi secara terus menerus tidak akan menyebabkan keracunan karena tubuh memiliki sifat autoregulasi zat besi. Sehingga, aman dikonsumsi sesuai program.
2. Konsumsi TTD terkadang menimbulkan efek samping berupa: nyeri/perih di ulu hati, mual, muntah dan feses berwarna hitam. Hal ini tidaklah berbahaya dan untuk mengurangi gejala di atas, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi TTD setelah makan atau pada malam hari sebelum tidur.
3. Sebagai upaya meningkatkan penyerapan zat besi, disarankan untuk mengkonsumsi tablet zat besi dengan buah-buahan yang merupakan sumber vitamin C (jeruk, pepaya, mangga, jambu biji, dll) dan sumber protein hewani (hati, ikan, unggas dan daging).
4. Hindari mengonsumsi TTD bersamaan dengan teh, kopi, tablet kalsium dosis tinggi dan obat sakit maag, terutama yang mengandung kalsium karena akan menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh.
Tahukah kamu! Ternyata, angka stunting dapat dikurangi dengan Mengkonsumsi tablet tambah loh,…
Jadi, jangan takut untuk meminumnya ya! Apalagi tablet tambah darahnya diberikan secara gratis.
Kecukupan gizi remaja putri harus dipersiapkan sejak awal masa menstruasi. Sehingga, calon bayi yang lahir terhindar dari risiko stunting.
Persepsi tanpa klarifikasi sering terjadi terutama di lingkungan remaja. Jadi, apabila teman-teman merasakan efek samping dari konsumsi tablet tambah darah, hal itu merupakan keniscayaan yang tidak berefek negative hanya saja,
Upaya pencegahan stunting dan anemia harus digalakkan, Salah satunya sudah diterapkan oleh Dinkes Aceh Besar yang menggelar gerakan remaja putri minum tablet tambah darah secara serentak.
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia didapati Secara Nasional pada akhir 2024, minimal 58% remaja putri mengkonsumsi Tablet Darah didukung oleh pemerintah yang telah menetapkan kebijakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada rematri atau ramaja putri dilakukan setiap 1 kali seminggu dengan system pemberian blanket approach dimana seluruh rematri diharuskan meminum TTD. Namun, kebijakan ini belum dicantumkan pada suatu aturan memikat sehingga, tidak semua provinsi dan daerah yang bergerak untuk menjalankannya. Padahal, Program Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) sudah dimulai sejak tahun 1990. Bahkan, menurut data Riskesdas yang ada, kepatuhan untuk mengkonsumsinya hanya 37%. Artinya masih jauh dari harapan. Oleh karena itu, menjawab dari masalah kita perlu adanya peningkatan pengelolaan dan pengembangan dari segi posyandu remaja.
Posyandu Remaja adalah perluasan dari posyandu yang tidak hanya membatasi diri pada pelayanan kesehatan yang diberikan ibu-ibu PKK terhadap ibu dan anak, tetapi pada remaja hingga dewasa. Posyandu remaja menjadi tagline utama dalam bagi pemerataan pelayanan kesehatan selain dari instansi kesehatan yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat dan daerah. Posyandu pertama kali ditetapkan pada masa Covid-19. Posyandu remaja merupakan kolaborasi Karang Taruna Pondok Rangon denga instansi pemerintahan dan swasta yang bergerak dibidang kesehatan. Yang selain memberikan edukasi kesehatan, remja yang sudah memiliki bekal pemahaman dan pelatihan terkait kesehatan di masa remaja dan PHBS digerakan untuk mengedukasi masyarakat sekitar dan mengajak remaja lain untuk turut aktif dan peduli terhadap kesehatan lingkungan. Posyandu Remaja ini bukan hanya ikut serta dalam mengedukasi masyarakat sekitar tentang pentingnya hidup bersih dan sehat, namun menjadi wadah bagi remaja yang memeiliki ketertarikan terhadap isu kesehatan dalam berdiskusi dan bertukar ilmu.
Sumber :
Beal, T. T. (2018). A review of child stunting determinants in Indonesia. Maternal and Child Nutrition, 1-10.
Dinkes Aceh. (2022, juli 30). Cegah Anemia dan Stunting, Remaja Putri Di Aceh Besar Minum Tablet Tambah Darah Serentak. Dipetik September 19, 2022, dari Dinas Kesehatan Prov.Aceh: https://dinkes.acehprov.go.id/news/read/2022/07/30/1177/cegah-anemia-dan-stuntingremaja-putri-di-aceh-besar-minum-tablet-tambah-darah-serentak.html
Eko. (2022, April 14). Prevalensi Stunting Indonesia 2022 Masih Diatas Standar WHO, 37% Pasangan Usia Subur Alami Anemia. Dipetik September 19, 2022, dari paudpedia kemdikbud: https://paudpedia.kemdikbud.go.id/kabar-paud/berita/Prevalensi-Stunting-Indonesia-2022-Masih-Diatas-Standar-WHO-37-Pasangan-Usia-Subur-Alami-Anemia?do=ODEyLTRkY2Q0OGUwOGE2OA==&ix=MTEtYmJkNjQ3YzBhNzFi#
Harsono, F. H. (2020, January 18). Saran Kemenkes agar Ibu Hamil yang Anemia Mau Minum Tablet Tambah Darah. Dipetik September 19, 2022, dari Liputan 6: https://www.liputan6.com/health/read/4156434/saran-kemenkes-agar-ibu-hamil-yang-anemia-mau-minum-tablet-tambah-darah
Kementerian Kesekretariat Negara RI. (2021, july 19). Perlunya Konsumsi TTD untuk Penanggulangan Anemia pada Ibu Hami. Dipetik September 19, 2022, dari Kementerian Kesekretariat Negara RI: https://stunting.go.id/perlunya-konsumsi-ttd-untuk-penanggulangan-anemia-pada-ibu-hamil/
Muliani, S. (2018) Pengetahuan Remaja Putri Tentang Manfaat Tablet. Novianti, D. (2020) ‘Stop Stunting Tablet Tambah Darah Penting’, pp. 1–86.
Wicaksono, D. (2019, August 31). Mengapa Remaja Putri Perlu Mengonsumsi Tablet Tambah Darah? Dipetik September 19, 2022, dari Puskesmas Andalas: https://puskesmasandalas.padang.go.id/2019/08/31/mengapa-remaja-putri-perlu-meminum-tablet-tambah-darah/
Komentar