oleh

Ancaman Nyeri Punggung dan Leher di Kalangan Pelajar pada Pandemi COVID-19

-Opini, dibaca 773 x

Oleh: Aprilia Puji Utami, Ariska Wulandari Nurma, & Ratih Dwi Cahyani

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri (Peminatan Epidemiologi)
Email: Pujilia65@gmail.com
 
 
Pada saat ini, seluruh masyarakat dunia tak terkecuali Indonesia sedang menghadapi  yang ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 9 Maret 2020 dan hingga sekarang, yang mana sudah 1 tahun lebih seluruh masyarakat menghadapi pandemi ini. Adanya pandemi menyebabkan pemerintah membuat kebijakan yang mengharuskan masyarakat mengurangi kegiatan di luar rumah terutama yang dapat menimbulkan kerumunan dengan tujuan mencegah penyebaran SARS CoV-2 penyebab agar tidak semakin meningkat, sehingga pelajar pun diharuskan untuk mengikuti pembelajaran secara daring atau online dari rumah. 
 
Di sisi lain, melakukan proses belajar di rumah memungkinkan terjadinya masalah dan gangguan otot akibat kurangnya aktivitas fisik dan lingkungan rumah yang tidak ergonomis dan memungkinkan terjadi peningkatan risiko gangguan otot seperti nyeri punggung dan leher. Gangguan otot terjadi apabila kekuatan dan ketahanan manusia lebih kecil dibandingkan masalah ergonomik yang dijumpai di tempat umum seperti sekolah. 
 
Penyakit nyeri punggung dan leher tidak memandang usia, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa dapat mengalaminya. Nyeri punggung dan leher ini tentu berdampak buruk bagi siapa saja yang mengalami. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, jumlah kasus nyeri punggung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan antara 7,6% hingga 37%. Hasil survei yang dilakukan  British Chiropractic Association (BCA) di Inggris, ditemukan  sekitar 45% dari mereka yang berusia 16-24 tahun pada tahun 2014 menderita sakit punggung dan leher dibandingkan dengan 28% dari mereka yang berusia 18-24 tahun. 
 
Penelitan ini juga menyimpulkan 60% orang yang menderita sakit punggung dan leher menghabiskan sebagian besar hari kerja mereka dengan duduk. Selain itu, hasil prevalensi nyeri leher sering diakibatkan oleh penggunaan smartphone yang dilakukan terus menerus dalam masa pandemi ini. Lembaga riset menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kelima daftar penguna smartphone terbesar didunia. 
 
Hampir 55 juta penduduk Indonesia telah memakai smartphone dengan tingkat pertumbuhan mencapai 37,1%. Prevalensi nyeri leher akibat penggunaan smartphone di seluruh dunia yang berstandar global sekitar 50% dari pelajar yang mengalami nyeri leher. Wanita lebih banyak (5,8%) daripada pria (4,0%) menderita nyeri leher (nyeri leher pada remaja berkisar 15-30%). Prevalensi nyeri leher pada orang dewasa dalam satu tahun berkisar antara 12,1% hingga 71,5%.
 
Selain itu, Aprilia Puji Utami, Ariska Wulandari Nurma, dan Ratih Dwi Cahyani melakukan survey pada 41 pelajar baik SMP, SMA, dan perguruan tinggi melalui pengisian google form secara online. Dari survey tersebut didapatkan hasil sebagai berikut : 
 
Gambar 1:  Hasil survey
(survey dilakukan oleh Aprilia Puji Utami, Ariska Wulandari Nurma, dan Ratih Dwi Cahyani, 2021)
 
Dapat dilihat bahwa sebagaian besar pelajar mengalami nyeri punggung dan leher pada saat belajar online. Lalu mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah ada hubunganya dengan statusnya sebagai pelajar? Mari simak penjelasan mengenai ancaman nyeri punggung dan leher di kalangan remaja berikut ini. 
 
Nyeri Punggung dan leher
 
Nyeri punggung merupakan nyeri atau kekakuan yang dapat dirasakan di sepanjang tulang belakang, dari dasar leher hingga ke tulang ekor, sedangkan nyeri leher adalah nyeri yang terdapat pada area leher. Gejala klinis dari nyeri punggung meliputi sakit otot sekitar, nyeri yang terasa tajam, memburuk dengan membungkuk, mengangkat, berdiri atau berjalan, membaik dengan berbaring. 
 
Gejala klinis dari nyeri leher antara lain terasa sakit di daerah leher dan kaku, nyeri otot-otot leher yang terdapat di leher, sakit kepala dan migrain. Nyeri leher akan cenderung merasa seperti terbakar. Nyeri bisa menjalar ke bahu, lengan, dan tangan dengan keluhan terasa baal atau seperti ditusuk jarum. Jika tidak ditangani dengan baik, nyeri punggung akan menimbulkan dampak ke depan berupa meningkatnya risiko kematian dini hingga 13% pada penderita nyeri punggung. Nyeri leher juga akan menimbulkan dampak ke depan jika tidak ditangani dengan baik, di antaranya: nyeri di area kepala, rahang, dan wajah, gangguan saraf radiks leher yang dapat menimbulkan keluhan rasa nyeri, kesemutan, terbakar, atau baal yang menjalar hingga ke tangan, gangguan motorik halus pada tangan, serta ketidakseimbangan tubuh saat berjalan.
 
Determinan Sosial Kesehatan Ancaman Nyeri Punggung dan Leher di Kalangan Remaja yang Berstatus Pelajar  selama Pandemi COVID-19
 
Berikut ini adalah determinan sosial kesehatan ancaman nyeri punggung dan leher di kalangan remaja yang berstatus pelajar selama pandemi:
 
Gambar 2: Determinan nyeri punggung dan leher di kalangan pelajar remaja (Dikembangkan oleh Aprilia Puji Utami, Ariska Wulandari Nurma, & Ratih Dwi Cahyani, 2021)
 
Faktor Individu
 
Posisi duduk yang tidak tepat dan dilakukan secara terus menerus tanpa melakukan peregangan merupakan faktor individu nyeri punggung dan leher di kalangan pelajar yang biasa terjadi selama pandemi. Posisi duduk tersebut menyebabkan kondisi cedera tertarik berulang (repetitive strain injury) kemudian menimbulkan nyeri punggung dan leher pada pelajar. 
 
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, selama pandemi pembelajaran dilakukan secara daring sehingga para pelajar menggunakan perangkat elektronik untuk membantu proses pembelajaran daring seperti handphone atau laptop. Dapat kita lihat postur tubuh saat belajar yang tidak baik seperti posisi saat menghadap ke layar laptop dilakukan sambil tertidur atau  duduk membungkuk, yang mana biasanya postur tubuh seperti itu akan membuat rasa tidak nyaman setelah belajar, hal ini memicu adanya gejala nyeri punggung dan leher. 
 
Faktor Keluarga
 
Selama pandemi, pelajar diharuskan untuk melakukan pembelajaran daring di rumah. Seperti halnya sebelum pandemi ada beberapa hal yang sering kali diabaikan oleh orang tua saat sang anak melakukan pembelajaran secara daring, yaitu tidak memberikan fasilitas belajar yang baik seperti, meja belajar yang nyaman. Meja belajar yang tidak nyaman menimbulkan rasa tidak nyaman pada tubuh pada bagian punggung dan leher anak selama pembelajaran daring, sehingga terjadilah nyeri punggung dan leher pada anak tersebut. Kemudian orang tua juga tidak memperhatikan postur tubuh anak saat belajar apakah sambil berbaring, duduk atau membungkuk, selain itu  tidak adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua saat gejala nyeri punggung dan leher sudah dirasakan cenderung dibiarkan dan memburuk di kemudian hari. 
 
Faktor Sosial dan Komunitas (elemen sekolah)
 
Kurangnya sosialisasi dari pihak sekolah terkait pencegahan nyeri punggung dan leher di kalangan pelajar menjadi faktor sosial dan komunitas (elemen sekolah) yang biasa terjadi selama pandemi. Kurangnya sosialisasi tersebut menyebabkan pelajar kurang mengetahui cara mencegah nyeri punggung dan leher. Kemudian, jadwal belajar yang terlalu padat membuat pelajar duduk terlalu lama di depan layar sehingga dapat terjadi kekakuan pada punggung dan leher pelajar, dan tentunya dapat memicu terjadinya nyeri punggung dan leher. 
 
Gambar 3: Poster Belajar Online Tidak Menghentikan Ancaman Nyeri Punggung dan leher pada Pelajar
(Dikembangkan oleh Aprilia Puji Utami, Ariska Wulandari Nurma, & Ratih Dwi Cahyani, 2021)
 
Adapun penyebab dari terjadinya nyeri punggung dan leher selama pandemi :
Penyebab Nyeri Punggung pada Pelajar  selama Pandemi.

Penyebab nyeri punggung pada pelajar selama pandemi bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian mengenai posisi buku, layar handphone, dan layar laptop yang sejajar dengan mata. Penyebab ini juga berpotensi untuk terjadinya ketidaksesuaian dalam ketinggian postur tubuh yang baik. Selain itu kurangnya kepekaan untuk membatasi waktu dalam melaksanakan tugas sehingga terlalu lama duduk tanpa diselingi istirahat dengan begitu mengakibatkan sedikitnya waktu untuk melakukan kegiatan fisik dirumah. 
 
Penyebab Nyeri Leher pada Pelajar selama Pandemi 
 
Penyebab nyeri leher pada pelajar selama pandemi bisa disebabkan oleh seringnya menunduk untuk melihat handphone dan waktu yang lama dalam menatap layar laptop dikarenakan posisi meletakan handphone dan laptop yang salah. Dengan begitu mengakibatkan adanya ketegangan otot karena tidak melakukan peregangan setelah melakukan hal tersebut.
 
Pencegahan dan Pengobatan Nyeri Punggung dan Leher selama Pandemi
 
Sebelum nyeri punggung dan leher menjadi hambatan bagi remaja dalam proses belajar ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu, Atur meja belajar, Sesuaikan tinggi meja, kursi dan posisi komputer sejajar dengan mata. Sehingga pada saat proses belajar posisi duduk tidak salah. Carilah posisi dan postur tubuh yang baik saat duduk, berdiri mapun tidur dengan hindari posisi tidur secara tengkurap. Dan selalu lakukan peregangan pada saat selesai mengikuti pembelajaran. 
 
Selain itu, didapatkan dari hasil survey yang dilakukan oleh Aprilia Puji Utami, Ariska Wulandari Nurma, dan Ratih Dwi Cahyani pada 41 pelajar, solusi yang mereka tawarkan dengan melihat keadaan pembelajaran di Indonesia, yaitu dengan sering melakukan peregangan pada saat pembelajaran berlangsung, melakukan istirhat sejenak yang diarahkan oleh guru atau dosen pengajar, posisi duduk yang benar saat belajar, dan juga melakukan pijat atau urut secara rutin. 
 
Adapun pengobatan nyeri punggung, yaitu dengan cara melakukan aktivitas fisik ringan, melakukan kompres, mengonsumsi obat pereda nyeri dan memperbaiki postur tidur. Apabila nyeri punggung dan leher sudah membuat proses belajar terhambat, maka dapat melakukan anjuran sesuai dokter seperti melakukan terapi es dan air hangat, memberikan latihan, peregangan atau terapi fisik, suntik kortikosteroid serta memberikan antibiotik bila terjadi infeksi. Selain itu jika terlalu parah, maka tindakan operasi perlu dilakukan. 
 
Editor: Nurmalia Ermi, Najmah, & Karni
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments