LAJU SUMSEL, JAMBI -- Nama para calon kepala daerah mulai bermunculan menjelang Pilkada Serentak 23 September 2020, baik di tingkat Provinsi maupun kabupaten. Kandidat yang akan dipilih masyarakat menjadi tergantung pada popularitasnya di kalangan pemilih.
Tingkat popularitas para calon kepala daerah bisa diukur dengan metode ilmiah yang akurat. Hasil survei popularitas ini memberikan masukan penting mengenai kekuatan dan kelemahan kandidat, sekaligus untuk menghadapi masa kampanye yang akan segera dilakukan.
Untuk menjawab ini semua, sebuah lembaga survei Independent Public Opinion Institute atau IPO Institute hadir di Jambi. “Kami siap bekerjasama dan melakukan survei di Jambi. Hasil survei juga membimbing kandidat dan tim sukses tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan peluang terpilih dalam Pilkada nanti,” jelas Yusnaini, Kepala Perwakilan IPO Institute di Jambi, Selasa (07/01).
IPO Institute adalah sebuah lembaga Survei Kebijakan Publik dan Politik yang berdiri sejak 20 September 2012 yang berkedudukan di Palembang, Sumatera Selatan. Sejak 2012 IPO Institute sebagai Lembaga Survei Lokal selalu sukses melakukan prediksi (Survei dan Quick Count) dengan sangat Presisi.
IPO Institute sendiri tergabung dalam Asosiasi Lembaga Survei dan Hitung Cepat Indonesia (ALSHCI), yang direkturnya sendiri Ahmad Muhaimin, menjabat sebagai Sekretaris Umum Asosiasi tersebut.
Berani dan terbiasa melakukan survei yang akurat dan presisi dengan sampel kecil dan sedikit menjadi kekhasan metodologi survei yang dimiliki IPO institute jika dibandingkan dengan lembaga survei nasional. Misalnya saja dalam pelaksanaan Hitung Cepat Pilkada Gubernur Sumatera Selatan, dari total TPS yang ada sebanyak 16.903 TPS, IPO Institute hanya melibatkan 70 TPS dijadikan sampel untuk dihitung.
Sementara lembaga nasional melibatkan 200-350 TPS yang dihitung. Namun semuanya mendapatkan hasil yang sama dengan Rekapitulasi KPU. Contoh lain, Pilkada Kabupaten Empat Lawang, dari Total 545 TPS yang ada IPO hanya melibatkan 47 sample TPS dalam Quick Count, sementara lembaga Nasional melibatkan 150 hingga 200 TPS. Sampel sedikit yang dilakukan IPO Institute menghasilkan angka yang sama dengan rekapitulasi KPU, sementara dari lembaga nasional cenderung selisih di luar Margin of Error.
Hal ini bukanlah kesalahan dari metodologi, tapi biasa disebabkan kurang jeli dalam menentukan TPS dan faktor sumberdaya di lapangan yang kurang terkontrol.
Selain itu, pengalaman berhasil membidani beberapa calon kepala daerah, DPRD, DPR RI meraih kursi untuk wilayah Sumsel dan Bangka Belitung membuat IPO Institute percaya diri untuk mengembangkan wilayah kerja di Provinsi Tetangga seperti Jambi, Lampung dan Bengkulu. Tentu dengan melibatkan tenaga lokal yang lebih mengerti demografi dan geopolitik daerah masing-masing.
Di Provinsi Jambi sediri IPO Institute menunjuk Yusnaini, M.Ikom seorang akademisi Komunikasi Publik di sebuah perguruan tinggi di Jambi, juga mantan wartawan kawakan jambi yang sudah barang tentu memiliki jaringan luas untuk menahkodai IPO Institute Perwakilan Jambi. Kepercayaan itu diberikan atas alasan bahwa Yusnaini sangat mengerti kultur dan geopolitik jambi. Karena IPO institute adalah lembaga survei merangkap konsultan pemenangan (bergaransi menang) sehingga akan melibatkan SDM yang mengerti daerah sendiri dalam memetakan data yang dibutuhkan untuk proses pemenangan.(Jambi independent online)
Komentar