oleh

Obesitas Itu Pilihan, Bukan Kutukan

-Opini, dibaca 757 x

Penulis: 

Alifa Kufita Izza, Anastasya Pricilla, Disky Oktariani, Elni Kartika, Nahru Salsabil

Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

Editor: Alifa Kufita Izza

 
 
Sumber: https://pin.it/4BNmJH6
 
 
Alih-alih perkembangan teknologi dan gaya hidup yang semakin berkembang, memudahkan segala bentuk kebutuhan yang dapat diperoleh secara singkat dan instan untuk manusia di seluruh belahan dunia. Kendati demikian, di sisi lain kemudahan tersebut membuat prevalensi obesitas terus meningkat. Bagaimana tidak, memperoleh makanan dan transportasi online, mau belanja atau sewa jasa hanya dengan sentuhan gadget tanpa harus bersusah payah, transportasi. Kalimat tersebut secara tidak langsung menerangkan bahwa gaya hidup adalah pilihan, beberapa orang yang sejak kecil sudah obesitas beranggapan bahwa terlahir dengan berat badan lebih adalah sebuah takdir “kutukan” yang hanya bisa diratapi tanpa kemauan untuk mengubahnya sebagai jalan pilihan hidup sehat.
 
Data Terkait Obesitas
 
Prevalensi obesitas di dunia terus meningkat didapatkan data total dari populasi global dengan masalah obesitas mencapai kurang lebih 30% atau sekitar lebih dari 2,1 miliar penduduk dunia. Tingkat obesitas di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 15,4%. Bahkan angka tersebut bertahan sejak tahun 2013. Tentu itu bukan suatu prestasi yang perlu dibanggakan, mengingat setiap tahun 2,8 juta orang di dunia meninggal karena obesitas. Menurut Survei Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) 2018 prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018.
 
Pengertian, Tanda dan Gejala Obesitas
 
Obesitas itu sendiri adalah kondisi di mana jumlah asupan energi yang masuk (energy intake) lebih besar dibanding energi yang digunakan (energy expenditure) sehingga terjadi penumpukan lemak yang berlebihan (WHO, 2000). Beberapa tanda atau gejala yang dapat diketahui di antaranya terdapat timbunan lemak di  leher, dagu, lengan, perut, paha, pinggul dan pinggang, berat badan yang tidak ideal berdasarkan perhitungan IMT (Indeks Massa tubuh), gangguan pernapasan, cepat lelah dan terbatas dalam melakukan aktivitas.
 
Penyebab dan Akibat Obesitas
 
 
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190113123909-255-360440/berkaca-dari-titi-wati-ngemil-jadi-faktor-utama-obesitas
 
Penyebab seseorang mengalami obesitas dapat terlihat dari pola makan dalam jumlah banyak dalam waktu singkat sehingga makanan sulit dicerna ditambah asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan normal, berlebihan mengonsumsi kudapan, makanan manis, tinggi lemak serta olahan makanan instan (cepat saji), lalu pola aktivitas terlihat dari kurangnya aktivitas fisik, jarang berolahraga, sering menggunakan transportasi dibanding berjalan kaki dan menggunakan lift daripada tangga. Namun, terdapat faktor lain di antaranya gangguan psikologis (stres), genetik, sedang dalam terapi obat tertentu, tidak seimbangnya hormon, dan kondisi medis lainnya. Kondisi kesehatan yang dapat terjadi apabila seseorang mengalami obesitas mengakibat turunnya tingkat kesuburan reproduksi, meningkatnya kadar kolestrol, lemak dalam darah, asam urat, kanker payudara, kanker usus, diabetes melitus (kencing manis), stroke, hipertensi (tekanan darah tinggi), serangan jantung koroner bahkan kematian.
 
Studi Kasus Obesitas
 
Satu kajian oleh para periset Pusat Nasional bagi Statistik Kesehatan di Pusat Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, Georgia, melaporkan tahun 2013 menganalisa data 2,9 juta orang dalam 97 penelitian. Berdasarkan kajian tersebut kegemukan moderat sampai obesitas parah dikaitkan dengan naiknya risiko kematian secara signifikan sementara orang yang sedikit gemuk (mildly obese) memiliki risiko kematian 5 persen lebih rendah dibanding orang yang beratnya normal. Orang yang sedikit kegemukan (slightly overweight), menurut hasil kajian itu, mendapat manfaat paling besar, mereka memiliki risiko kematian 6 persen lebih rendah dibanding orang dengan berat badan normal. Tetapi hasil sebuah kajian baru oleh Andrew Stoke dan rekan-rekan, yang termuat dalam Annals of Internal Medicine, menyanggah paradoks itu. Stokes adalah profesor jurusan Kesehatan Global, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pembangunan, Universitas Boston. Stokes mengatakan kajian-kajian terdahulu yang menyimpulkan bahwa ada paradoks obesitas bercacat karena tidak memperhitungkan riwayat berat badan seseorang. Sebagian besar kajian yang telah dilakukan mengenai berat badan dan hubungannya terkait mortalitas menggunakan pengukuran berat satu kali, atau berat badan pada satu saat, melakukan pengukuran gula darah, kolesterol, dan juga tekanan darah, yang mungkin normal. Kemudian, dalam periode tindak lanjut, tingkat mortalitas orang yang mengalami obesitas dibandingkan dengan jumlah kematian orang-orang yang berat badannya sekitar normal.
 
Pro Kontra Obesitas
 
Kalau kata anak zaman sekarang sih, body positivity kalau gak ya love yourself  intinya sejenis pandangan bahwa standar kecantikan atau kesempurnaan itu bukan dilihat dari bentuk tubuhnya, namun bagaimana sisi baik seseorang dapat terpancar dari cara mencintai dirinya sendiri. Pihak yang mewajarkan obesitas berfikir itu tanda bahwa nutrisi seseorang sudah tercukupi dengan kata lain subur ataupun sehat bahkan ada yang menganut melihat kebahagiaan seseorang dari berat badannya yaitu semakin berat, semakin bahagia. Ungkapan tersebut memang baik namun maknanya bukan berarti dengan mewajarkan segala hal termasuk obesitas ini, ungkapan tersebut dimaksudkan memandang seseorang dengan positif apapun bentuk rupanya, mencintai diri sendiri dengan merawat diri, menjaga kesehatan adalah hal yang penting. Bagaimanapun juga obesitas bukan suatu standarisasi untuk tidak hidup sehat bukan iming-iming sehat karena kebutuhan terpenuhi, gizi memang sangat dibutuhkan oleh tubuh tetapi apabila berlebih juga tidak baik untuk kesehatan tubuh.
 
Solusi
 
 
Sumber:  https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-4-pilar-utama-dalam-prinsip-gizi-seimbang https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-4-pilar-utama-dalam-prinsip-gizi-seimbang
 
 
Hiruk pikuk masa bonus demografi yang akan dilalui Indonesia yaitu keadaan di mana jumlah usia produktif lebih banyak dibandingkan jumlah usia belum dan tidak produktif. Tidak hanya kesiapan moral dan ekonomi melainkan fisik yang sehat tentunya akan menjadi berkah dalam mendukung keberhasilan masa tersebut. Namun, fase tersebut bisa menjadi bencana apabila tidak dipersiapkan dari sekarang, kenyataannya justru angka penyakit tidak menular pada kelompok usia produktif salah satunya obesitas yang bisa menjadi akar dari penyakit tidak menular lainnya. Beberapa program pemerintah terkait pedoman gizi seimbang, “4 Pilar Gizi Seimbang”
 
1.                Mengonsumsi aneka ragam pangan
 
2.                Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat
 
3.                Melakukan aktifitas fisik yang teratur
 
4.                Memantau berat badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan BB normal
 
Kemudian “Isi Piringku” dalam satu porsi dalam piring yang karbohidrat dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring. Lalu dilengkapi dengan lauk pauk dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring. Untuk setengah piring lainnya diisi dengan proporsi sayur-sayuran dengan porsi 2/3 dan buah-buahan dengan porsi 1/3. Kampanye "Isi Piringku" juga mengedukasi pembatasan gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.
 
Peranan Generasi Muda kesehatan Masyarakat
 
Tidak ada kata terlalu dini atau terlalu lambat sebagai generasi muda kesehatan masyarakat berperan menanggulangi isu kesehatan terkhusus obesitas ini. Pandangan bahwa kesehatan tidak dihargai sampai penyakit datang bagi masyarakat yang kurang peduli akan ancaman kesehatan. Perubahan tidak pernah cepat dan tidak sederhana perlu kegigihan dan ketetapan hati dalam menciptakan gaya hidup baru dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya kualitas diri yang sehat. Sebagai generasi muda kesehatan masyarakat ilmu yang telah dipahami, dicermati, dan diingat dapat tersalurkan ke seluruh lapisan masyarakat yang tertuang dalam bentuk penyuluhan dan kebijakan yang melibatkan epidemiolog, tenaga kesehatan, lembaga kesehatan dan stakeholder (pemangku kebijakan) bersama ikut berkontribusi dalam menanggulangi isu tersebut. Dimulai dari pengamatan dan pengumpulan data grafik dan persebaran permasalahan obesitas sehingga dapat diketahui perkembangan kasus secara signifikan dari tahun ke tahun, di mana wilayah yang paling krisis sehingga ketika melakukan penyuluhan dapat dilakukan secara menyebar dan merata.
 
Peranan Lembaga Kesehatan
 
Akar dari pola ajaran yang paling sederhana dan terkuat adalah di lingkungan keluarga, melibatkan semua layanan kesehatan untuk merancang dan membuat program gerakan pengendalian kesehatan, dukungan dan peran serta pemangku kebijakan (stakeholder) dalam menyukseskan program untuk menekan laju angka obesitas. Keterlibatan penggunaan media massa dan media sosial juga perlu digunakan karena sebagian besar masyarakat yang lebih banyak menghabiskan waktunya menggunakan media sosial dengan konten yang menarik dengan promosi kegiatan yang berkesinambungan sepanjang tahun dan tersebar di wilayah Indonesia dengan dukungan pemerintah provinsi, kabupaten/kota serta mitra yang terkait. Sarana dan prasarana yang mendukung jalannya keberhasilan program yang akan dilakukan yang kondusif guna menerapkan gaya hidup sehat, mewujudkan lingkungan yang kondusif agar masyarakat dapat mengakses makanan sehat seperti sayur, buah, beragam sumber protein serta mendorong upaya regulasi membatasi akses makanan tidak sehat (melalui penerapan pajak, pembatasan promosi pada anak-anak dll). Pencapaian pencegahan dan pengendalian obesitas ditentukan oleh kemitraan antara Pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha. Komitmen dari seluruh jajaran Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun tingkat Daerah juga dukungan seluruh lapisan masyarakat termasuk pelaku usaha, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi dan organisasi keagamaan serta kalangan swasta merupakan kunci keberhasilan dalam menjamin tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing pada generasi mendatang.
 
Opini Mahasiswa
 
Dengan demikian, alasan terkuat kami mengambil topik ini tidak semata-mata gagasan yang tertuang dalam artikel singkat saja namun akan menjadi langkah perwujudan yang suatu hari nanti dapat bermanfaat dan membuka pikiran yang tersalurkan ke masyarakat luas. Topik yang krusial tanpa sadar bisa menjadi akar permasalahan kesehatan lainnya, entah karena mereka tidak memiliki cukup pendidikan atau kesadaraan akan bahaya obesitas atau bahkan mereka justru sudah mengetahui akan risiko yang akan dialami namun mereka menganggap sepele selagi mereka masih merasa sehat-sehat saja dalam kehidupan sehari-harinya dengan kenikmatan gaya hidup yang tidak sehat itu. Oleh karena itu, penerapan gaya hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan porsi dan nutrisi seimbang serta aktivitas fisik yang bermanfaat tidaklah rugi menyebarkan dan menerapkannya. Terhindar dari penyakit bawaan obesitas, dapat melakukan aktivitas produktif dengan leluasa, menghabiskan waktu bersama keluarga dengan keadaan sehat serta terciptanya generasi yang memajukan bangsa dengan kualitas kesehatan masyarakat yang sejahtera tanpa ancaman penyakit tidak menular suatu nikmat apabila terwujudkan. Kesehatan itu layaknya uang kita tidak pernah memiliki gagasan yang benar tentang nilainya sampai kita kehilangannya.
 
Referensi
 
World Health Organization [WHO]. Health at a Glance: Asia/Pacific 2020: measuring progress towards universal health coverage. 2020. Available in: https://www.oecd-ilibrary.org/ social-issues-migration-health/health-ata-glance-asia-pacific-2020 _a47d0cd2-en (diakses pada 20 November 2022 pukul 06.35 WIB
 
World Health Organization [WHO]. Obesity and overweight. Geneva: WHO. 2021. Available in: https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/obesity-and-over weight (diakses pada 20 November 2022 pukul 06.41 WIB)
 
Epidemi Obesitas. FactsheetObesitasRe6 (kemkes.go.id) (diakses pada 20 November 2022 pukul 11.13WIB)
 
Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas. PedumGentas.pdf (kemkes.go.id) (diakses pada 20 November 2022 pukul 11.29)
 
Jannah, Miftahul. 2018. FAKTOR YANG MEMENGARUHI TERJADINYA OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DI SD N 1 SIGLI KABUPATEN PIDIE. Sumatera Utara: Institut Kesehatan Helvetia (diakses pada 20 November 2022 pukul 12.31).
 
Sertifikat
Sertifikat kampung English
Piagam 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

0 comments